04 Oktober 2013

Teguran Sang Khotib (Opini)


*Tulisan ini dimuat di Koran Lampost edisi Jum'at/11 Mei 2012




HARI Jumat, 27 April 2012 lalu, seperti biasanya penulis dan para mahasiswa menunaikan ibadah salat jumat di masjid yang biasa kami datangi, yaitu Masjid Mujahidin, Metro Pusat.
Terik matahari yang menyengat kulit, tidak menyurutkan langkah kaki ini mendatangi rumah Allah untuk menjalankan kewajiban salat jumat. Rangkaian kegiatan salat jumat dibuka dengan takmir masjid menyampaikan beberapa pengumuman, seperti jumlah kotak infak Jumat lalu dan waktu pelaksanaan salat jumat. Tidak lupa jadwal khotib (pengisi ceramah) khutbah salat jumat saat itu.

Membaca Buletin
Lantunan suara azan mendayu merdu di setiap telinga para jemaah yang hadir di masjid itu. Menyisakan ketenangan batin menembus dinding-dinding hati setiap insan. Kemudian, tibalah waktunya sang khotib berdiri menyampaikan khutbah Jumatnya. Sang khotib mengenakan baju putih, celana hitam panjang, dan peci hitam.

Sepertinya sang khatib belum pernah mengisi khotbah Jumat di masjid itu. Selepas sang khotib memberikan salam pembuka khotbah, para jemaah dihentakkan oleh seruan sang khotib tersebut. "Mohon maaf, bagi para jemaah yang masih berada di belakang harap maju dan mengisi saf (barisan) yang masih kosong," demikian perintah sang khotib.

Kemudian khotib tersebut melanjutkan mukadimahnya dengan sangat lancar. Ayat-ayat Alquran dan hadis mewarnai dalam mukadimahnya. Akhirnya tibalah ke intinya, yaitu menyampaikan khotbahnya.

Penulis pun tidak sabar ingin mendengarkan khotbah yang akan disampaikan khotib tersebut. Namun, belum lagi menyampaikan khotbahnya, tiba-tiba sang khotib berujar kembali. "Bagi para jemaah salat jumat yang masih membaca buletin Jumat, tolong dilipat terlebih dahulu untuk mendengarkan khotbah Jumat ini," ujar sang khotib.

Ketika lantunan khotbah telah disampaikan di pertengahan, sang khotib kembali menghentakkan para jemaah dengan ucapan demikian: "Sepertinya saya mendengar ada yang mengobrol. Tolong diam sejenak untuk khusyuk mendengarkan khotbah ini. Karena kalau tidak, salat Jumat saudara sekalian akan batal."

Penulis pun terhenyak. Berturut-turut sang khotib memberikan teguran dan peringatan untuk para jemaah di dalam khotbahnya. Memperingatkan para jemaahnya untuk senantiasa menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad saw. yang kini sudah banyak ditinggalkan umatnya dalam perihal salat Jumat. Subhanallah, sangat jarang khotib Jumat yang menegaskan kesalahan jemaah secara langsung ketika sedang berkhotbah. Penulis pun karena sedang proses belajar di sebuah pondok pesantren dan telah mendapatkan materi tentang salat Jumat dari seorang ustaz, tersenyum bangga. Tetapi, juga sekaligus merasa tersindir mendengarkan peringatan-peringatan yang disampaikan khotib tersebut. Mungkin sebagian jemaah yang hadir merasa heran dan barangkali mencela sang khotib dengan ucapan-ucapan seperti: "Loh, kok lagi khotbah ngomong di luar jalur?" atau "Aneh banget sih, khotib ini menyalahi ketentuan Jumat," dan lain-lain.

Beginilah realita yang ada di masyarakat kita. Ajaran-ajaran agama Islam sudah sangat asing untuk berada di tengah-tengah mereka. Contohnya adalah pada hari Jumat ini. Mungkin banyak yang belum mengetahui sunah-sunah Nabi Muhammad saw. yang harus dilakukan umatnya untuk dilakukan pada hari Jumat.

Seperti sunnah mandi besar sebelum berangkat salat Jumat, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, memotong kuku, memakai pakaian yang terbaik dan diutamakan memakai warna putih, menggunakan wewangian, membaca surat Al Kahfi, serta banyak berselawat dan berzikir. Bagi imam pun disunahkan untuk membaca surat al Jumuah dan al Munafiqun atau Sabbihis dan al-Ghasyiyah pada rakaat pertama dan kedua pada salat jumat, memperingatkan para jemaah jika mengobrol atau ribut, dan memerintahkan jemaah yang telat datang ke masjid untuk terlebih dahulu menunaikan salat sunah tahiyatul masjid sebelum duduk di masjid.

Hidupkan Sunah
Akhirnya, penulis mengajak bagi para pembaca untuk senantiasa menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad saw. yang kini sudah banyak ditinggalkan umatnya. Siapa yang pada hari ini berpegang teguh pada sunah Rasul saw., melaksanakannya, istikamah di atasnya, serta mendakwahkannya, ia akan mendapatkan pahala yang lebih banyak dibandingkan dengan yang mengamalkan di awal munculnya Islam. Hal ini sebagaimana sabda Nabi: "Sesungguhnya di belakang hari nanti akan datang hari-hari yang penuh kesabaran. Orang yang berpegang teguh dengan apa yang kalian pegang teguh akan mendapat 50 kali pahala yang kalian peroleh."

Beliau ditanya (oleh sahabat): "Mungkin 50 kali pahala di antara mereka." Rasulullah saw. menjawab: "Bahkan 50 kali pahala kalian." (H.R. Ibnu Nashar dalam As-Sunnah dengan sanad shahih). Wallahualam. (n)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar