Bulan Ramadhan tahun 1434 H telah tiba. Semua umat Muslim seluruh
dunia menyambutnya dengan suka cita. Karena di bulan ini Allah memberikan
pahala yang berlipat-lipat ganda. Bulan yang dimana diperintahkannya untuk berpuasa,
juga bulan diturunkannya kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an.
Selain bulan diwajibkannya berpuasa dan bulan diturunkannya
Al-Qur’an, bulan ramadhan juga adalah bulan rezeki bagi sebagian
mahasiswa perantauan yang tinggal nge-kost atau ngontrak. Termasuk Yusuf, seorang mahasiswa baru yang berasal dari Lampung. Kini hari-harinya telah disibukkan dengan aktivitas kuliah dengan tugas yang sangat padat. Mengerjakan tugas kuliah, presentasi, tugas kelompok, praktikum, dsb. Kesibukan ini juga dilanda oleh seluruh mahasiswa Universitas Cahaya Medan.
mahasiswa perantauan yang tinggal nge-kost atau ngontrak. Termasuk Yusuf, seorang mahasiswa baru yang berasal dari Lampung. Kini hari-harinya telah disibukkan dengan aktivitas kuliah dengan tugas yang sangat padat. Mengerjakan tugas kuliah, presentasi, tugas kelompok, praktikum, dsb. Kesibukan ini juga dilanda oleh seluruh mahasiswa Universitas Cahaya Medan.
Biaya kuliah yang mahal juga biaya hidup selama kuliah menjadi
momok bagi sebagian mahasiswa. Maka ketika datang bulan Ramadhan ini, menjadi
kesempatan emas bagi mereka yang ingin menghemat dana yang nipis. Karena
biasanya di masjid-masjid dekat mereka tinggal telah tersedia aneka makanan
gratis dari warga yang memberikan secara sukarela untuk berbuka puasa kepada orang-orang
daerah sekitar. Hal seperti ini lazim disebut dengan takjil.
“Ton, nanti kita maghriban di masjid Al-Hidayah ya.” Pinta Yusuf
pada Toni teman kontrakkannya.
“Kenapa harus disana Suf?” Tanya Toni.
“Di masjid Al-Hidayah itu selain ada takjilannya, juga ada nasi
bungkusnya Ton, jadi kita bisa lebih hemat. Beda halnya dengan masjid Al-Furqon
yang hanya ada takjilan saja” Sambung Yusuf dengan tegas.
“Oke, sip!!!” Ujar Toni dengan wajah sumringah.
Saat matahari hampir tenggelam, Yusuf dan Toni telah berada di
masjid Al-Hidayah menunggu adzan magrib berkumandang. Dihadapannya telah
tersaji aneka macam hidangan berbuka puasa. Ada kolak, gorengan, kue, dan es
buah. Tak ketinggalan ada bungkusan nasi sayur. Ini dia yang Yusuf dan Toni
incar.
Allahu Akbar Allahu Akbar...!
Suara adzan berkumandang dari speaker besar masjid Al-Hidayah.
Dengan sigap Yusuf juga Toni melambungkan tangannya menuju makanan yang telah
tersedia dihadapannya. Dengan lahap Yusuf dan Toni juga beberapa warga yang
hadir menikmati takjilan. Usai adzan berkumandang, Yusuf dan Toni mengambil
nasi bungkus yang telah tersedia kemudian menyimpannya.
Siang ini Matahari tampak merah menyala. Menampakkan keganasannya
merajai siang yang begitu terik. Yusuf membaca sebuah pesan singkat dari kakak
tingkatnya ketika ia sedang malasa-malasan di kamar kontrakkannya. Isi pesan
itu adalah mengajak Yusuf sore ini untuk mengikuti rapat persiapan acara
pelatihan da’i. Kalau bukan karena amanah, Yusuf enggan menghadiri rapat itu.
Ia lebih baik memilih mendekan dikamar dengan menghidupkan kipas angin dengan
volume yang full.
Rapat persiapan acara pelatihan da’i telah berlangsung 15 menit
ketika Yusuf baru saja masuk kedalam ruang kelas berukuran sedang. Tampak ia
menundukkan kepala pertanda rasa hormat pada teman-teman dan kakak-kakak
tingkatnya.
“Maaf ya aku telat, tadi motorku rewel.” Ucap Yusuf agak segan.
“Oke, gak apa-apa kok Akh Yusuf, rapatnya masih
berlamgsung.” Ujar Doni sang ketua organisasi yang Yusuf ikuti sembari
mempersilahkan duduk.
Ketika rapat berlangsung, tampak Yusuf sedikit gelisah. Handphone
yang ia pegang tak henti-hentinya bekerja. Rupanya ia sedang SMS-an dengan
Toni. Sesekali Yusuf melihat jam dinding kelas. Akh Doni rupanya melihat
kegelisahan yang tampak pada diri Yusuf.
“Ada apa Akh Yusuf? Kok kayaknya ada sesuatu yang
dipikirkan?” Tanya Akh Doni memastikan.
“Oh,, eh.. gak ada apa-apa kok.” Jawab Yusuf salah tingkah.
Tepat jam 17.45 rapat selesai. Yusuf dengan sigap berpamitan pada
teman-temannya. Dengan langkah seribu Yusuf berlari menuju parkiran kemudian
menggas motor bebeknya dengan kencang. Jarum jam semakin berputar mengitari
angka-angka. Adzan maghrib telah berkumandang dengan merdu ketika Yusuf masih
berada di lampu merah.
“Sial.” Desahnya.
Motor kian melaju dengan kencang. Suara iqomah telah
berkumandang bertepatan telah sampainya Yusuf di masjid Al-Hidayah. Dengan
cepat ia memarkirkan motor kesayangannya. Dan langsung ia menuju serambi
masjid. Apa yang terjadi? Semua makanan habis. Ludes tak tersisa sedikitpun.
Hanya air putih yang ada. Dengan lemas Yusuf terduduk sambil membatalkan
puasanya sambil menegak air putih. Toni yang telah usai mengambil air wudhu,
melihat tingkah temannya itu sambil tertawa terbahak-bahak.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar