07 Desember 2015

Catatan Perjalanan Pernikahanku



Sebuah catatan perjalanan pernikahanku

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.”
(QS. An-Najm: 45)

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan. Menjadi bahagia itu simple. Kita bisa dengan mudah membuat hidup menjadi bahagia. Tak perlu harta melimpah, jabatan yang tinggi, tinggal dirumah mewah, istri yang cantik, apalagi wajah yang rupawan. Bahagia bisa kita ciptakan sendiri. Karena hakikat kebahagiaan adalah timbulnya ketentraman hati dalam jiwa. Dan kini aku bahagia. Sangat bahagia sekali.
Aku & Istriku ^_^


Sedikit mengenang kembali kisah pernikahanku 1 November 2015 lalu, dimana akan kutuliskan bagian-bagian yang menurutku menarik untuk diceritakan. Mengapa ditulis? Karena melalui tulisan, kisahku ini akan abadi. Tak lekang oleh waktu dan zaman. Juga menjadi dokumen pribadi ketika dibutuhkan sewaktu-waktu. Dan mudah-mudahan yang membaca dapat terinspirasi dan mereguk hikmah didalamnya.
Tak terasa sudah 1 bulan 5 hari telah berlalu saat ijab kabul didendangkan. Ada rasa haru dan tangis bahagia menyeruak ke seluruh relung jiwaku. Kuyakin perasaan ini dirasakan hampir oleh seluruh  pengantin baru. Bagaimana tidak, semesta pun ikut menyaksikan ikatan janji suci ini. Ya, janji suci. Didalamnya terdapat ucapan ijab dan kabul. Ijab yang diucapkan oleh sang wali dari pengantin wanita dan kabul diucapkan oleh si pengantin prianya sendiri.
Undangan Versi Medsos
Aku menikah diusia 25 tahun. Usia yang ideal untuk menikah menurutku. Karena tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Usia yang pas untuk membina rumah tangga. Tentunya dengan bekal yang cukup, seperti materi, mental dan ilmu. Alhamdulillah kesemuanya itu sudah kusiapkan meski tak seberapa untuk ukuran diriku apalagi kesiapan materi benar-benar apa adanya. Dengan Bismillahirrahmanirrahim kulanjutkan niat baik ini.
Sejak proses khitbah, kemudian seserahan hingga akad dan resepsi Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Dibutuhkan banyak pengorbanan untuk menyiapkan semua proses ini. Pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan rasa ego yang ada didalam diri. Semua terkuras demi kesuksesan acara pernikahan ini. Capek? Letih? Sakit? Tentu pasti dialami dalam menjalani proses ini. Namun, rasa keikhlasan dan kebahagiaan menghancurkan kecapekan, keletihan dan rasa kesakitan itu. Kalau sudah ikhlas, menjalani semua proses itu akan menjadi kesenangan dan kepuasan tersendiri.
Satu minggu sebelum akad nikah berlangsung, undangan telah siap untuk disebar. Sebanyak 800 undangan berwarna pink yang sangat cantik sekali telah dicetak. Perpaduan antara undangan pengantin pria dan wanita. Jumlah yang banyak menurutku. Selain undangan dalam bentuk cetakan, akupun membagikan undangan melalui sharing di Media Sosial seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Instagram dan Line. Tak ketinggalan juga melalui SMS dan via telpon langsung bagi teman-teman yang jaraknya jauh. 
Undangan bagian depan & belakang


Undangan bagian dalam
Selain mengurus undangan, akupun turut membantu keluarga calon pengantin wanita mempersiapkan acara pernikahan. Bolak-balik kulakukan dari Sukarame menuju Tanjung Senang yang merupakan kediaman Pakde calon pengantin wanitaku. Ya, lokasi acara pernikahan dirumah Pakdenya karena untuk memudahkan para tamu undangan yang notabene para tamu undangan adalah kebanyakan dari temanku dan teman calon pengantin wanitaku. Kalau mengambil lokasi di Bogor, kampung halamannya istriku sangat kejauhan. Sedangkan teman-teman kami rata-rata berasal dari Lampung semua. Dan kalau di Kotabumi, kampung halamanku sepertinya tidak pas. Maka ditetapkanlah lokasi pernikahanku dengannya bertempat dirumah Pakdenya, di Tanjung Senang – Bandar Lampung.
Saat proses bolak-balik itulah melalui Pakdenya aku banyak berdiskusi, membahas dan mengonsep keseluruhan acara pernikahanku dengan istriku sekarang. Mulai dari jumlah undangan, catering makanan, tenda, pelaminan, tata letak kursi untuk tamu undangan, mahar, dress code pengantin, susunan panitia, mencari penceramah pernikahan, nasyid untuk hiburan hingga keikutsertaan keluarga besar masing-masing dan anak-anak Panti Asuhan Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame untuk memeriahkan acara pernikahan ini. 
Luar biasa sekali bukan? Betapa ribet dan banyak sekali yang mesti diurus? Namun, bagiku mempersiapkan acara pernikahanku ini, sama seperti mempersiapkan acara-acara kegiatan kampusku dulu. Dimana saat kuliah dulu sekitar 3 tahunan yang lalu Alhamdulillah selalu terlibat dalam kegiatan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dalam hal ini UKM KM3 (Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammmadiya) UM Metro yang aku aktif didalamnya dan menjadi salah satu pengurus inti. Kegiatan-kegiatan seperti seminar, pelatihan, mentoring, bedah buku, mabit, outbound, rihlah, kajian-kajian dan bakti sosial sudah biasa kukerjakan bersama teman-temanku dulu.
Bahkan sekarang ini pun aku masih aktif mempersiapkan sebuah acara di organisasi kepenulisan yang kuikuti bernama FLP (Forum Lingkar Pena). Kegiatan menghadirkan penulis-penulis Lampung bahkan luar Lampung biasa aku kerjakan bersama teman-temanku. Itulah manfaatnya aktif di organisasi, yang manfaatnya bisa kita rasakan sampai kapanpun. Apalagi saat menghadapi persoalan dimasyarakat.
Akhirnya tibalah hari pernikahanku. Minggu, 1 November 2015 menjadi tanggal bersejarah atas pernikahanku dengan istriku. Bersama keluarga besarku sebanyak 3 mobil siap berangkat dari Sukarame menuju Tanjung Senang. Diikuti pula konvoi motor teman-temanku dan murid-muridku mengiring keberangkatan. Serta lima buah mobil angkot untuk anak-anak Panti Asuhan Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame. Maasya Allah, ramai dan meriah sekali. Sampai terharu hati ini dibuatnya.
Jam 09.00 Wib rombongan calon pengantin pria telah sampai dilokasi acara. Aku beserta rombonganku disambut dengan baik oleh pihak keluarga calon pengantin wanita. Kulihat ada dua karangan bunga besar terpampang diluar dekat rumah Pakdenya. Karangan bunga tersebut bertuliskan ucapan selamat dari instansi-instansi tempat kerja Pakdenya. Sungguh bagus dan keren sekali. Kemudian tak menunggu lama,  langsung dengan segera aku beserta rombongan laki-laki digiring menuju masjid untuk dilaksanakannya akad nikah. Sedangkan rombongan wanita dari pihak keluargaku disatukan dengan rombongan dari pihak keluarga calon pengantin wanita yang ditempatkan ditenda samping masjid. Dipisah? Ya, dipisah. Semua pihak wanita tidak bisa menyaksikan prosesi ijab kabul yang berlangsung dimasjid. Hanya suara samar-samar saja dari speaker masjid yang bisa didengar oleh si calon pengantin wanita dan semua pihak wanita dari keluarga pria dan wanita.
Karangan Bunga Ucapan Selamat
Subhanallah, Walhamdulillah, Walaailaahaillallah, Wallahuakabar. Proses ijab kabul berjalan dengan lancar, meskipun sedikit ada kendala. Wali nikah dari pihak perempuan adalah bukan sang ayah, melainkan Pakdenya yang menjadi wali. Karena sang ayah sudah meyerahkan sepenuhnya kepada pakdenya. Hanya ada beberapa redaksi kalimat yang mesti diubah seperti lazimnya ijab kabul. Tak masalah, semua akhirnya dengan lancar. Alhamdulillah Ya Allah.. kini aku sah menjadi seorang suami dari seorang wanita bernama Hesti Ningtyas Eka Putri.
Prosesi Ijab Kabul
Setelah ijab kabul usai, sekitar pukul 10.00 wib aku digiring kembali menuju rumah pakdenya untuk dipertemukan dengan calon istriku eh, istriku ding kan udah sah? Hehe.. guna menyematkan cincin dijari manisnya. Ternyata prosesi menyematkan cincin dijari manisnya tak selancar seperti proses ijab kabul yang baru saja berlangsung. Istriku tak mau disentuh denganku. Saat kuulurkan tanganku untuk menyematkan cincin dijari manisnya, ia malah menghindar bahkan tubuhnya hampir roboh. Ia tak sanggup bertemu denganku. (Maklum, inilah pertama kalinya kami bertemu secara langsung secara berhadap-hadapan). Melihat kejadian ini, Pakdenya langsung mengambil tindakan. Beliau mengambil cincin yang kupegang dan segera ia sematkan sendiri ke jari manis keponakannya itu. Alhamdulillaah lega. Kemudian tiba-tiba sang penghulu menyuruh istriku menyalim (mencium tangan)-ku. Istriku roboh lagi. Akhirnya dengan desakan dan paksaan dari beberapa keluarga, istriku mau juga disentuh. Maa Syaa Allah itulah pertama kalinya aku menyentuh kulitnya. Sungguh tak terlukiskan bahagia sekali rasanya.
Usai proses penyematan cincin, aku dan istriku digiring menuju pelaminan masing-masing. Sekali lagi, MASING-MASING. Kami dipisah, meski kami sudah halal dan sah menjadi suami istri. Inilah konsep Pakdenya yang pernah disampaikan padaku dan keluarga besarku saat proses lamaran dan seserahan waktu itu. Alhasil, pelaminan pengantin laki-laki menghadap ke tamu undangan laki-laki dan pelaminan wanita menghadap ke tamu undangan wanita dengan tenda masing-masing. Sebuah konsep yang sangat indah dan syar’i. Bertujuan untuk menghindari ihktilat, yaitu campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan Mahram atau yang tidak halal. Banyak komentar yang kudengar dari teman-temanku dan teman-teman istriku serta keluarga, kerabat, tetangga dan semua tamu undangan yang hadir. Tapi Alhamdulillah banyak komentar positif dibanding negatifnya.
Pengantin Wanita diapit dengan Orangtua Wanita
Pengantin Pria diapit dengan Orangtua Pria
Silih berganti tamu undangan hadir dalam acara pernikahanku ini. Sungguh terharu dan bahagia sekali. Yang diundang hampir keseluruhan datang menghadiri acara pernikahanku ini. Para keluarga, teman-teman dari SMA, kuliah, pondok, rekan guru, rekan dari organisasi yaitu FLP, FORKAPMI, KM3, IMM dan anak-anak Panti Asuhan Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame. Belum lagi teman-teman dari istriku dan tamu undangan dari Pakdenya. Menurutku, jumlah tamu undangan yang hadir mencapai lebih dari 1.000 tamu undangan.
Tim Nasyid Nuansa turut menghibur acara pernikahan kami
Siang sekitar jam 14.00 Wib turun hujan dengan lebat. Namun hujan tidak bertahan lama, hujan berhenti dan menebarkan manfaatnya yaitu mengangkat debu yang melekat dilokasi acara pernikahanku ini. Alhamdulillah. Hingga sore hari tamu undangan masih saja berdatangan, namun ketika waktu maghrib menjelang tamu undangan sudah mulai surut. Ba’da maghrib dan ba’da isya tamu undangan mulai berdatangan lagi, namun hanya satu dua orang tamu undangan saja. 
Aku & saudara-saudariku
Lalu, sekitar jam 21.00 wib acara pernikahanku hari ini selesai. Pelaminan langsung dicopot oleh tim EO oleh ibu Siti, Dkk. dikarenakan besoknya anak-anak TK Amalia akan aktif bersekolah. Memang sebagian lokasi acara menggunakan wilayah TK Amalia juga. Malam itu juga Pakde langsung memimpin pembubaran panitia acara pernikahanku ini. Setelah itu acara makan-makan dan bersih-bersih kemudian selesai.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Syukur pada-Mu Ya Allah tak henti-hentinya kuucapkan dari lisanku ini. Semua proses acara pernikahanku berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sekarang aku sudah memiliki seorang istri dan statusku berubah menjadi seorang suami. Lantunan doa keberkahan yang kami peroleh sepanjang hari itu untuk menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warrahmah mudah-mudahan dapat kami jalankan dengan sebaik-baiknya. Karena hakikatnya menikah itu untuk ibadah. Mendekatkan diri kepada Rabb yang menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Bedanya sekarang ibadahnya gak sendiri lagi, tapi bareng dengan belahan jiwa. Hehe..
“Duhai istriku tersayang, Let’s Go To Jannah Together.”  ^_^



Sukarame – Bandar Lampung
06 Desember 2015


Yang dirundung bahagia
Ahmad Tarnudzy

2 komentar:

  1. baru tau kalo ad prosesi pernikahan spt itu
    menarik sekali konsepnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas @Dodol Perak. Kalau bisa nikah syar'i kenapa nggak? 😁

      Hapus