Sebuah catatan perjalanan pernikahanku
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita.”
(QS. An-Najm: 45)
Setiap manusia mendambakan kebahagiaan. Menjadi bahagia itu simple.
Kita bisa dengan mudah membuat hidup menjadi bahagia. Tak perlu harta melimpah,
jabatan yang tinggi, tinggal dirumah mewah, istri yang cantik, apalagi wajah
yang rupawan. Bahagia bisa kita ciptakan sendiri. Karena hakikat kebahagiaan
adalah timbulnya ketentraman hati dalam jiwa. Dan kini aku bahagia. Sangat
bahagia sekali.
Aku & Istriku ^_^ |
Sedikit mengenang kembali kisah pernikahanku 1 November 2015 lalu,
dimana akan kutuliskan bagian-bagian yang menurutku menarik untuk diceritakan.
Mengapa ditulis? Karena melalui tulisan, kisahku ini akan abadi. Tak lekang
oleh waktu dan zaman. Juga menjadi dokumen pribadi ketika dibutuhkan sewaktu-waktu.
Dan mudah-mudahan yang membaca dapat terinspirasi dan mereguk hikmah
didalamnya.
Tak terasa sudah 1 bulan 5 hari telah berlalu saat ijab kabul
didendangkan. Ada rasa haru dan tangis bahagia menyeruak ke seluruh relung
jiwaku. Kuyakin perasaan ini dirasakan hampir oleh seluruh pengantin baru. Bagaimana tidak, semesta pun
ikut menyaksikan ikatan janji suci ini. Ya, janji suci. Didalamnya terdapat
ucapan ijab dan kabul. Ijab yang diucapkan oleh sang wali dari pengantin wanita
dan kabul diucapkan oleh si pengantin prianya sendiri.
Undangan Versi Medsos |
Aku menikah diusia 25 tahun. Usia yang ideal untuk menikah
menurutku. Karena tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Usia yang pas
untuk membina rumah tangga. Tentunya dengan bekal yang cukup, seperti materi,
mental dan ilmu. Alhamdulillah kesemuanya itu sudah kusiapkan meski tak
seberapa untuk ukuran diriku apalagi kesiapan materi benar-benar apa adanya.
Dengan Bismillahirrahmanirrahim kulanjutkan niat baik ini.
Sejak proses khitbah, kemudian seserahan hingga akad dan resepsi Alhamdulillah
semuanya berjalan dengan lancar. Dibutuhkan banyak pengorbanan untuk menyiapkan
semua proses ini. Pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan rasa ego
yang ada didalam diri. Semua terkuras demi kesuksesan acara pernikahan ini. Capek?
Letih? Sakit? Tentu pasti dialami dalam menjalani proses ini. Namun, rasa
keikhlasan dan kebahagiaan menghancurkan kecapekan, keletihan dan rasa
kesakitan itu. Kalau sudah ikhlas, menjalani semua proses itu akan menjadi
kesenangan dan kepuasan tersendiri.
Satu minggu sebelum akad nikah berlangsung, undangan telah siap
untuk disebar. Sebanyak 800 undangan berwarna pink yang sangat cantik sekali
telah dicetak. Perpaduan antara undangan pengantin pria dan wanita. Jumlah yang
banyak menurutku. Selain undangan dalam bentuk cetakan, akupun membagikan
undangan melalui sharing di Media Sosial seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Instagram
dan Line. Tak ketinggalan juga melalui SMS dan via telpon langsung bagi
teman-teman yang jaraknya jauh.
Undangan bagian depan & belakang |
Undangan bagian dalam |
Selain mengurus undangan, akupun turut membantu keluarga calon
pengantin wanita mempersiapkan acara pernikahan. Bolak-balik kulakukan dari
Sukarame menuju Tanjung Senang yang merupakan kediaman Pakde calon pengantin
wanitaku. Ya, lokasi acara pernikahan dirumah Pakdenya karena untuk memudahkan
para tamu undangan yang notabene para tamu undangan adalah kebanyakan
dari temanku dan teman calon pengantin wanitaku. Kalau mengambil lokasi di
Bogor, kampung halamannya istriku sangat kejauhan. Sedangkan teman-teman kami
rata-rata berasal dari Lampung semua. Dan kalau di Kotabumi, kampung halamanku
sepertinya tidak pas. Maka ditetapkanlah lokasi pernikahanku dengannya
bertempat dirumah Pakdenya, di Tanjung Senang – Bandar Lampung.
Saat proses bolak-balik itulah melalui Pakdenya aku banyak
berdiskusi, membahas dan mengonsep keseluruhan acara pernikahanku dengan
istriku sekarang. Mulai dari jumlah undangan, catering makanan, tenda,
pelaminan, tata letak kursi untuk tamu undangan, mahar, dress code pengantin,
susunan panitia, mencari penceramah pernikahan, nasyid untuk hiburan hingga
keikutsertaan keluarga besar masing-masing dan anak-anak Panti Asuhan Budi
Mulya Muhammadiyah Sukarame untuk memeriahkan acara pernikahan ini.
Luar biasa sekali bukan? Betapa ribet dan banyak sekali yang mesti
diurus? Namun, bagiku mempersiapkan acara pernikahanku ini, sama seperti
mempersiapkan acara-acara kegiatan kampusku dulu. Dimana saat kuliah dulu sekitar
3 tahunan yang lalu Alhamdulillah selalu terlibat dalam kegiatan UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa). Dalam hal ini UKM KM3 (Korps Mubaligh Mahasiswa
Muhammmadiya) UM Metro yang aku aktif didalamnya dan menjadi salah satu
pengurus inti. Kegiatan-kegiatan seperti seminar, pelatihan, mentoring, bedah
buku, mabit, outbound, rihlah, kajian-kajian dan bakti sosial sudah biasa
kukerjakan bersama teman-temanku dulu.
Bahkan sekarang ini pun aku masih aktif mempersiapkan sebuah acara
di organisasi kepenulisan yang kuikuti bernama FLP (Forum Lingkar Pena). Kegiatan
menghadirkan penulis-penulis Lampung bahkan luar Lampung biasa aku kerjakan bersama
teman-temanku. Itulah manfaatnya aktif di organisasi, yang manfaatnya bisa kita
rasakan sampai kapanpun. Apalagi saat menghadapi persoalan dimasyarakat.
Akhirnya tibalah hari pernikahanku. Minggu, 1 November 2015 menjadi
tanggal bersejarah atas pernikahanku dengan istriku. Bersama keluarga besarku sebanyak
3 mobil siap berangkat dari Sukarame menuju Tanjung Senang. Diikuti pula konvoi
motor teman-temanku dan murid-muridku mengiring keberangkatan. Serta lima buah
mobil angkot untuk anak-anak Panti Asuhan Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame. Maasya
Allah, ramai dan meriah sekali. Sampai terharu hati ini dibuatnya.
Jam 09.00 Wib rombongan calon pengantin pria telah sampai dilokasi
acara. Aku beserta rombonganku disambut dengan baik oleh pihak keluarga calon
pengantin wanita. Kulihat ada dua karangan bunga besar terpampang diluar dekat
rumah Pakdenya. Karangan bunga tersebut bertuliskan ucapan selamat dari
instansi-instansi tempat kerja Pakdenya. Sungguh bagus dan keren sekali. Kemudian
tak menunggu lama, langsung dengan segera
aku beserta rombongan laki-laki digiring menuju masjid untuk dilaksanakannya
akad nikah. Sedangkan rombongan wanita dari pihak keluargaku disatukan dengan
rombongan dari pihak keluarga calon pengantin wanita yang ditempatkan ditenda
samping masjid. Dipisah? Ya, dipisah. Semua pihak wanita tidak bisa menyaksikan
prosesi ijab kabul yang berlangsung dimasjid. Hanya suara samar-samar saja dari
speaker masjid yang bisa didengar oleh si calon pengantin wanita dan
semua pihak wanita dari keluarga pria dan wanita.
Karangan Bunga Ucapan Selamat |
Subhanallah, Walhamdulillah, Walaailaahaillallah, Wallahuakabar. Proses ijab kabul berjalan dengan lancar, meskipun sedikit ada
kendala. Wali nikah dari pihak perempuan adalah bukan sang ayah, melainkan
Pakdenya yang menjadi wali. Karena sang ayah sudah meyerahkan sepenuhnya kepada
pakdenya. Hanya ada beberapa redaksi kalimat yang mesti diubah seperti lazimnya
ijab kabul. Tak masalah, semua akhirnya dengan lancar. Alhamdulillah Ya
Allah.. kini aku sah menjadi seorang suami dari seorang wanita bernama Hesti
Ningtyas Eka Putri.
Prosesi Ijab Kabul |
Setelah ijab kabul usai, sekitar pukul 10.00 wib aku digiring
kembali menuju rumah pakdenya untuk dipertemukan dengan calon istriku eh,
istriku ding kan udah sah? Hehe.. guna menyematkan cincin dijari
manisnya. Ternyata prosesi menyematkan cincin dijari manisnya tak selancar
seperti proses ijab kabul yang baru saja berlangsung. Istriku tak mau disentuh
denganku. Saat kuulurkan tanganku untuk menyematkan cincin dijari manisnya, ia
malah menghindar bahkan tubuhnya hampir roboh. Ia tak sanggup bertemu denganku.
(Maklum, inilah pertama kalinya kami bertemu secara langsung secara
berhadap-hadapan). Melihat kejadian ini, Pakdenya langsung mengambil tindakan. Beliau
mengambil cincin yang kupegang dan segera ia sematkan sendiri ke jari manis
keponakannya itu. Alhamdulillaah lega. Kemudian tiba-tiba sang penghulu
menyuruh istriku menyalim (mencium tangan)-ku. Istriku roboh lagi. Akhirnya dengan
desakan dan paksaan dari beberapa keluarga, istriku mau juga disentuh. Maa Syaa
Allah itulah pertama kalinya aku menyentuh kulitnya. Sungguh tak
terlukiskan bahagia sekali rasanya.
Usai proses penyematan cincin, aku dan istriku digiring menuju
pelaminan masing-masing. Sekali lagi, MASING-MASING. Kami dipisah, meski kami
sudah halal dan sah menjadi suami istri. Inilah konsep Pakdenya yang pernah
disampaikan padaku dan keluarga besarku saat proses lamaran dan seserahan waktu
itu. Alhasil, pelaminan pengantin laki-laki menghadap ke tamu undangan
laki-laki dan pelaminan wanita menghadap ke tamu undangan wanita dengan tenda
masing-masing. Sebuah konsep yang sangat indah dan syar’i. Bertujuan untuk
menghindari ihktilat, yaitu campur baur antara laki-laki dan wanita yang
bukan Mahram atau yang tidak halal. Banyak komentar yang kudengar dari
teman-temanku dan teman-teman istriku serta keluarga, kerabat, tetangga dan
semua tamu undangan yang hadir. Tapi Alhamdulillah banyak komentar
positif dibanding negatifnya.
Pengantin Wanita diapit dengan Orangtua Wanita |
Pengantin Pria diapit dengan Orangtua Pria |
Tim Nasyid Nuansa turut menghibur acara pernikahan kami |
Siang sekitar jam 14.00 Wib turun hujan dengan lebat. Namun hujan
tidak bertahan lama, hujan berhenti dan menebarkan manfaatnya yaitu mengangkat
debu yang melekat dilokasi acara pernikahanku ini. Alhamdulillah. Hingga
sore hari tamu undangan masih saja berdatangan, namun ketika waktu maghrib
menjelang tamu undangan sudah mulai surut. Ba’da maghrib dan ba’da isya tamu
undangan mulai berdatangan lagi, namun hanya satu dua orang tamu undangan saja.
Aku & saudara-saudariku |
Lalu, sekitar jam 21.00 wib acara pernikahanku hari ini selesai. Pelaminan
langsung dicopot oleh tim EO oleh ibu Siti, Dkk. dikarenakan besoknya anak-anak
TK Amalia akan aktif bersekolah. Memang sebagian lokasi acara menggunakan
wilayah TK Amalia juga. Malam itu juga Pakde langsung memimpin pembubaran panitia
acara pernikahanku ini. Setelah itu acara makan-makan dan bersih-bersih
kemudian selesai.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Syukur
pada-Mu Ya Allah tak henti-hentinya kuucapkan dari lisanku ini. Semua proses
acara pernikahanku berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sekarang aku sudah
memiliki seorang istri dan statusku berubah menjadi seorang suami. Lantunan doa
keberkahan yang kami peroleh sepanjang hari itu untuk menjadi keluarga yang Sakinah,
Mawaddah, Warrahmah mudah-mudahan dapat kami jalankan dengan
sebaik-baiknya. Karena hakikatnya menikah itu untuk ibadah. Mendekatkan diri kepada
Rabb yang menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Bedanya sekarang
ibadahnya gak sendiri lagi, tapi bareng dengan belahan jiwa. Hehe..
“Duhai istriku tersayang, Let’s Go To Jannah Together.” ^_^
Sukarame – Bandar Lampung
06 Desember 2015
Yang dirundung bahagia
Ahmad Tarnudzy
baru tau kalo ad prosesi pernikahan spt itu
BalasHapusmenarik sekali konsepnya
Iya Mas @Dodol Perak. Kalau bisa nikah syar'i kenapa nggak? π
Hapus