#Kisah Inspiratif "Hikmah
Berjilbab dan Mengenakan Hijab"
“Rud, jika
kau mau menikah nanti, ingin wanita yang seperti apa?” Kuberanikan bertanya
pada sahabatku pada suatu malam.
“Wanita yang
sholehah.” Jawabnya singkat.
“Wanita
sholehah itu yang seperti apa menurutmu?” Tanyaku lagi penasaran.
“Wanita
sholehah menurutku adalah wanita yang baik tutur katanya, berjilbab sesuai syar’i
dan menghormati kedua orang tua.” Jawabnya lagi.
“Berjilbab
sesuai syar’i itu yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua
telapak tangan. Tidak menjadikan jilbab sebagai perhiasan, tidak tipis, tidak
ketat sehingga bisa menampakkan bentuk tubuh, tidak juga disemprot parfum, tidak
menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan
merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.” Jawabnya dengan panjang
lebar.
“Oh, jadi
seperti itu ya Rud.” Aku manggut-manggut.
Dan tak lama
sejak perbincangan dengan sahabatku pada malam hari itu, beberapa bulan
kemudian ia menikahi seorang wanita yang sesuai dengan kriteria yang ia
dambakan. Rudi menikahi wanita berjilbab panjang dan lebar, rapih sesuai
syar’i. Ia menikah melalui proses ta’aruf (perkenalan) terlebih dahulu
untuk mengetahui seluk-beluk diantara keduanya. Baru setelah itu proses nazor
(melihat). Dan akhirnya, keduanya merasakan kecocokan dan berlangsunglah
pernikahan itu. Rasa bahagia tentu saja menyelimuti hati sahabatku. Karena
wanita yang seperti itulah yang selama ini ia idam-idamkan.
***
Waktu tepat menunjukkan
pukul 17.00 WIB ketika Bu Lia mengakhiri kuliah Ilmu Pendidikannya. Sejurus kemudian kusandang
tasku untuk bergegas pulang.
Seperti biasa sebelum keluar kelas, yang selalu membuatku risih
melihatnya, Bu Lia dengan sibuk
membenarkan ujung jilbabnya untuk dililitkan d ileher. Menurutku, Beliau berjilbab
tapi tak seperti berjilbab. Karena jilbab yang ia gunakan sudah tipis, transparan,
kecil lagi untuk seukuran Bu Lia. Ditambah lagi cara memakainya. Kemudian setelah selesai, Bu Lia berjalan ke arah pintu keluar
kelas dengan celana panjang dasarnya yang juga ketat.
Setelah kuberanjak
dari kelas menuju gerbang kampus untuk mencari mobil umum menuju rumah,
tiba-tiba hujan membasahi bumi. Dengan langkah seribu, aku berlari menuju mobil
umum. Desah nafas yang tak beraturan menyemat didadaku. “Alhamdulillah,
tidak sampai basah kuyup.” Ujarku.
Mobil umum
yang kutumpangi tidak terlalu banyak penumpangnya. Hanya ada aku, tiga anak berseragam
sekolah dan dua mahasiswa yang berbarenganku tadi saat di kampus. Hujan semakin
deras ketika sopir menghentikan mobilnya di halte depan salah satu swalayan
tekenal di kotaku. Sejurus kemudian ada seorang bapak muda berkumis tebal masuk
kedalam mobil umum yang kutumpangi. Setelah itu menyusul seorang wanita muda
dengan baju pendek yang sangat ketat dan rok mini hitam yang menghiasinya. “Astaghfirullah.”
Batinku.
Kemudian mobil umum yang kutumpangi berjalan kembali. Kulihat berpasang-pasang
mata saling beradu pandang antara satu penumpang
dengan penumpang lainnya. Termasuk seorang bapak muda berkumis tebal itu. Dan yang
menjadi fokus utamanya adalah wanita muda dengan baju pendek yang sangat ketat
dan rok mini hitam yang menghiasinya itu. Wanita muda ini seakan-akan tidak
punya rasa malu sedikitpun terhadap auratnya. Rok mini yang ia kenakan seakan
kesusahan untuk duduk. Sehingga (maaf) pahanya sampai kelihatan dan seolah-olah
ia membiarkannya saja, agar orang-orang leluasa untuk melihatnya. Lagi-lagiku
beristighfar dalam hati. Kalau kata guru ngajiku,
pandangan pertama adalah rezeki, maka pandangan kedua dan seterusnya adalah
dosa. Namun saya rasa ini sulit untuk direalisasikan dalam kondisi seperti ini.
Sekalipun aku yang seorang aktivis dakwah kampus. Namun aku berusaha kuat untuk
tetap menundukkan pandangan mata dan hati ini.
Ditengah air hujan yang tumpah dari langit, tiba-tiba suara Grup Band NOAH melengking dari HP wanita muda tersebut. Spontan ia mengambil dari tas
kecilnya dan menjawab sapaan dari orang yang menelponnya.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab wanita muda itu
mengawali pembicaraannya.
“Alhamdulilah baik, Mas” Sambungnya.
“Lagi di jalan nih.” Jawabnya dengan mendayu-dayu.
Dan begitulah seterusnya wanita muda itu asyik bercengkerama lewat HP-nya
sambil sesekali cekikikan tanpa menghiraukan penumpang yang lain. Dan
aku sangat yakin sekali bahwa wanita muda tersebut beragama Islam. Terbukti
dengan sapaan-sapaannya melalui HP yang ia gunakan. Itulah sepenggal kisah perjalanan
pulang dari kampus menuju rumahku yang banyak memberikan hikmah.
***
Sekembalinya
aku ke rumah, aku merenungi beberapa peristiwa yang kualami akhir-akhir ini.
Banyak sekali hikmah yang kupetik dari wanita-wanita yang pernah kukenal dan kujumpai. Dan diantara itu semua memiliki
kisah yang sangat kompleks mengenai jilbab dan cara menggunakannya.
Istri Rudi,
sahabatku, merupakan seorang wanita yang berjilbab rapih sesuai syar’i. Aku
merasakan atmosfer yang berbeda jika bertemu dan berjumpa dengan wanita-wanita
yang berjilbab sesuai syar’i seperti istri sahabatku itu. Dikampusku terbilang
cukup banyak wanita-wanita yang mengenakan jilbab sesuai syar’i dan itu sungguh
sangat menyejukkan pandanganku. Bukan apa-apa, banyak sekali perbedaan yang tampak
jelas antara wanita yang berjilbab sesuai syar’i, wanita yang berjilbab tidak
sesuai syar’i dan wanita yang tidak berjilbab. Lebih dari itu, wanita yang
berjilbab sesuai syar’i bukan hanya penampilannya saja yang menutupi aurat,
akan tetapi jauh dari itu akhlaknya sungguh sangat baik pula.
Mulai
sekarang aku mengerti, bahwa seorang wanita yang berjilbab sesuai syar’i lebih
istimewa dibandingkan dengan wanita-wanita yang berjilbab namun tidak sesuai
dengan syar’i terlebih yang tidak mengenakan hijab. Wanita yang berjilbab
syar’i adalah wanita dengan kaki terbungkus kaos kaki, kemana-mana pake rok
lebar, lalu pake baju juga lebar dan masih ditambah manset ditangan. Dan dari
kepala hingga bawah dada tertutuplah sempurna dengan jilbab yang tak kalah
lebar.
Sedangkan
wanita yang berjilbab tidak sesuai dengan syar’i adalah wanita dengan celana
jeans ketatnya, baju yang sedikit membentuk atau lengan yang tidak menutup
sempurna, lalu jilbab yang tipis dan menerawang memperlihatkan ikatan
rambutnya, atau dengan jilbab yang dililit dileher atau dengan kerudung yang
sedang ngetrend sekarang dengan kerudung siap pakai.
Sebagai
seorang yang beragama Islam (muslim), sudah sepatutnya kita menjalani segala
perintah yang telah Allah sampaikan melalui kitab suci umat Islam yakni
Al-Qur’an. Tidak ketinggalan juga Hadits-hadits Nabi SAW pun harus menjadi
rujukan kita semua. Termasuk masalah jilbab (hijab). Dalam bahasa Arab, kata
hijab bisa bermakna penghalang. Namun kata hijab lebih sering merujuk kepada
kerudung yang digunakan oleh wanita muslim.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”,
Jelaslah
bahwa seorang wanita muslim diwajibkan untuk berjilbab secara benar. Namun
daripada itu semua, masih ada bahkan banyak yang tidak menjalankan apa yang
sudah dituntunkan oleh agama. Sebagai seorang laki-laki normal, ketika
disodorkan dan diperlihatkan dengan wanita-wanita yang tidak menutupi auratnya
secara sempurna, maka akan terdorong nafsunya untuk melakukan hal-hal yang
tidak diinginkan. Misalkan saja, iseng menyiulkannya, menggodanya, bahkan lebih
parahnya lagi melakukan tindakan asusila terhadapnya. Minimal mengkhayal dan
berpikiran negatif.
***
Metro, 20 November 2012
Ini cover bukunya (Girly banget, pink!!!) :) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar