06 Oktober 2013

Hijab Never Die

*Kisah ini telah dibukukan dalam Antologi Bersama tema: Hijab (The Miracle of Hijab). Dengan judul "Hijab Never Die" (Seruni Publishing, Magelang tahun 2013)


#Kisah Inspiratif "Hikmah Berjilbab dan Mengenakan Hijab"


“Rud, jika kau mau menikah nanti, ingin wanita yang seperti apa?” Kuberanikan bertanya pada sahabatku pada suatu malam.

“Wanita yang sholehah.” Jawabnya singkat.

“Wanita sholehah itu yang seperti apa menurutmu?” Tanyaku lagi penasaran.

“Wanita sholehah menurutku adalah wanita yang baik tutur katanya, berjilbab sesuai syar’i dan menghormati kedua orang tua.” Jawabnya lagi.

“Berjilbab sesuai syar’i itu yang seperti apa Rud?” Tanyaku ingin lebih tahu.

“Berjilbab sesuai syar’i itu yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Tidak menjadikan jilbab sebagai perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga bisa menampakkan bentuk tubuh, tidak juga disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.” Jawabnya dengan panjang lebar.

“Oh, jadi seperti itu ya Rud.” Aku manggut-manggut.

Dan tak lama sejak perbincangan dengan sahabatku pada malam hari itu, beberapa bulan kemudian ia menikahi seorang wanita yang sesuai dengan kriteria yang ia dambakan. Rudi menikahi wanita berjilbab panjang dan lebar, rapih sesuai syar’i. Ia menikah melalui proses ta’aruf (perkenalan) terlebih dahulu untuk mengetahui seluk-beluk diantara keduanya. Baru setelah itu proses nazor (melihat). Dan akhirnya, keduanya merasakan kecocokan dan berlangsunglah pernikahan itu. Rasa bahagia tentu saja menyelimuti hati sahabatku. Karena wanita yang seperti itulah yang selama ini ia idam-idamkan.
***

Waktu tepat menunjukkan pukul 17.00 WIB ketika Bu Lia mengakhiri kuliah Ilmu Pendidikannya. Sejurus kemudian kusandang tasku untuk bergegas pulang. Seperti biasa sebelum keluar kelas, yang selalu membuatku risih melihatnya, Bu Lia dengan sibuk membenarkan ujung jilbabnya untuk dililitkan d ileher. Menurutku, Beliau berjilbab tapi tak seperti berjilbab. Karena jilbab yang ia gunakan sudah tipis, transparan, kecil lagi untuk seukuran Bu Lia. Ditambah lagi cara memakainya. Kemudian setelah selesai, Bu Lia berjalan ke arah pintu keluar kelas dengan celana panjang dasarnya yang juga ketat.

Setelah kuberanjak dari kelas menuju gerbang kampus untuk mencari mobil umum menuju rumah, tiba-tiba hujan membasahi bumi. Dengan langkah seribu, aku berlari menuju mobil umum. Desah nafas yang tak beraturan menyemat didadaku. “Alhamdulillah, tidak sampai basah kuyup.” Ujarku.

Mobil umum yang kutumpangi tidak terlalu banyak penumpangnya. Hanya ada aku, tiga anak berseragam sekolah dan dua mahasiswa yang berbarenganku tadi saat di kampus. Hujan semakin deras ketika sopir menghentikan mobilnya di halte depan salah satu swalayan tekenal di kotaku. Sejurus kemudian ada seorang bapak muda berkumis tebal masuk kedalam mobil umum yang kutumpangi. Setelah itu menyusul seorang wanita muda dengan baju pendek yang sangat ketat dan rok mini hitam yang menghiasinya. “Astaghfirullah.” Batinku.

Kemudian mobil umum yang kutumpangi berjalan kembali. Kulihat berpasang-pasang mata saling beradu pandang antara  satu penumpang dengan penumpang lainnya. Termasuk seorang bapak muda berkumis tebal itu. Dan yang menjadi fokus utamanya adalah wanita muda dengan baju pendek yang sangat ketat dan rok mini hitam yang menghiasinya itu. Wanita muda ini seakan-akan tidak punya rasa malu sedikitpun terhadap auratnya. Rok mini yang ia kenakan seakan kesusahan untuk duduk. Sehingga (maaf) pahanya sampai kelihatan dan seolah-olah ia membiarkannya saja, agar orang-orang leluasa untuk melihatnya. Lagi-lagiku beristighfar dalam hati. Kalau kata guru ngajiku, pandangan pertama adalah rezeki, maka pandangan kedua dan seterusnya adalah dosa. Namun saya rasa ini sulit untuk direalisasikan dalam kondisi seperti ini. Sekalipun aku yang seorang aktivis dakwah kampus. Namun aku berusaha kuat untuk tetap menundukkan pandangan mata dan hati ini.

Ditengah air hujan yang tumpah dari langit, tiba-tiba suara Grup Band NOAH melengking dari HP wanita muda tersebut. Spontan ia mengambil dari tas kecilnya dan menjawab sapaan dari orang yang menelponnya.

Wa’alaikumsalam. Jawab wanita muda itu mengawali pembicaraannya.

Alhamdulilah baik, Mas” Sambungnya.

“Lagi di jalan nih.” Jawabnya dengan mendayu-dayu.

Dan begitulah seterusnya wanita muda itu asyik bercengkerama lewat HP-nya sambil sesekali cekikikan tanpa menghiraukan penumpang yang lain. Dan aku sangat yakin sekali bahwa wanita muda tersebut beragama Islam. Terbukti dengan sapaan-sapaannya melalui HP yang ia gunakan. Itulah sepenggal kisah perjalanan pulang dari kampus menuju rumahku yang banyak memberikan hikmah.
***

Sekembalinya aku ke rumah, aku merenungi beberapa peristiwa yang kualami akhir-akhir ini. Banyak sekali hikmah yang kupetik dari wanita-wanita yang pernah kukenal  dan kujumpai. Dan diantara itu semua memiliki kisah yang sangat kompleks mengenai jilbab dan cara menggunakannya.

Istri Rudi, sahabatku, merupakan seorang wanita yang berjilbab rapih sesuai syar’i. Aku merasakan atmosfer yang berbeda jika bertemu dan berjumpa dengan wanita-wanita yang berjilbab sesuai syar’i seperti istri sahabatku itu. Dikampusku terbilang cukup banyak wanita-wanita yang mengenakan jilbab sesuai syar’i dan itu sungguh sangat menyejukkan pandanganku. Bukan apa-apa, banyak sekali perbedaan yang tampak jelas antara wanita yang berjilbab sesuai syar’i, wanita yang berjilbab tidak sesuai syar’i dan wanita yang tidak berjilbab. Lebih dari itu, wanita yang berjilbab sesuai syar’i bukan hanya penampilannya saja yang menutupi aurat, akan tetapi jauh dari itu akhlaknya sungguh sangat baik pula.

Mulai sekarang aku mengerti, bahwa seorang wanita yang berjilbab sesuai syar’i lebih istimewa dibandingkan dengan wanita-wanita yang berjilbab namun tidak sesuai dengan syar’i terlebih yang tidak mengenakan hijab. Wanita yang berjilbab syar’i adalah wanita dengan kaki terbungkus kaos kaki, kemana-mana pake rok lebar, lalu pake baju juga lebar dan masih ditambah manset ditangan. Dan dari kepala hingga bawah dada tertutuplah sempurna dengan jilbab yang tak kalah lebar.

Sedangkan wanita yang berjilbab tidak sesuai dengan syar’i adalah wanita dengan celana jeans ketatnya, baju yang sedikit membentuk atau lengan yang tidak menutup sempurna, lalu jilbab yang tipis dan menerawang memperlihatkan ikatan rambutnya, atau dengan jilbab yang dililit dileher atau dengan kerudung yang sedang ngetrend sekarang dengan kerudung siap pakai.

Sebagai seorang yang beragama Islam (muslim), sudah sepatutnya kita menjalani segala perintah yang telah Allah sampaikan melalui kitab suci umat Islam yakni Al-Qur’an. Tidak ketinggalan juga Hadits-hadits Nabi SAW pun harus menjadi rujukan kita semua. Termasuk masalah jilbab (hijab). Dalam bahasa Arab, kata hijab bisa bermakna penghalang. Namun kata hijab lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim.

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, Allah SWT berfirman: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Jelaslah bahwa seorang wanita muslim diwajibkan untuk berjilbab secara benar. Namun daripada itu semua, masih ada bahkan banyak yang tidak menjalankan apa yang sudah dituntunkan oleh agama. Sebagai seorang laki-laki normal, ketika disodorkan dan diperlihatkan dengan wanita-wanita yang tidak menutupi auratnya secara sempurna, maka akan terdorong nafsunya untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Misalkan saja, iseng menyiulkannya, menggodanya, bahkan lebih parahnya lagi melakukan tindakan asusila terhadapnya. Minimal mengkhayal dan berpikiran negatif.
***

Metro, 20 November 2012
 
Ini cover bukunya (Girly banget, pink!!!) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar