06 Oktober 2013

Petualangan Mendaki Gunung


(Pendakian Gunung Pesagi Liwa Lampung Barat)

Akhir tahun 2012 lalu menjadi akhir tahun yang begitu mengesankan bagiku. Karena tahun itu kututup dengan mendaki Gunung Pesagi di Liwa Lampung Barat. Sebuah pengalaman baru yang menantang. Dengan niat serta tekad yang kuat, maka kuberanikan diriku untuk mengikutinya. Acara pendakian gunung bersama yang diselenggarakan oleh MPI (Mahasiswa Pecinta Islam) Lampung ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yakni Bedah Buku “Karena Cinta Harus Memilih” nya Burhan Sodiq. Kemudian MPI kembali mengajak beberapa organisasi lain diluar mereka untuk
mengikuti pendakian gunung bersama. Yaitu, FPM (Forum Pemuda Masjid) Metro, ROHIMA (Rohani Islam Malahayati) Universitas Malahayati Bandar Lampung, EAT (El-Muhsin Adventure Team) Metro dan organisasi yang tentu saja aku ikuti di dalamnya yaitu KM3 (Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah) Universitas Muhammadiyah Metro.

Kami semua dikumpulkan menjadi satu di hari senin pagi yang mendung bertepatan pada tanggal 24 Desember 2012. Dengan peralatan yang begitu lengkap yang telah kami sandang masing-masing sesuai dengan instruksi dan perintah dari panitia, seperti tas carrier besar, sepatu gunung, celana gunung, jaket tebal, matras, lampu senter, penutup kepala, sarung tangan, air minum dan bekal secukupnya. Jumlah peserta pendaki berjumlahkan sekitar 40 orang dari berbagai organisasi. Dalam kesempatan ini tim panitia memberikan pengarahan terkait pendakian gunung pesagi yang akan memakan waktu selama 2 hari, yang dimulai tanggal 24 sampai tanggal 25 Desember 2012.

Tepat jam 10.00 pagi kami serombongan berangkat menggunakan 2 mobil (Panther dan AVP) dan 1 Bus dari Kota Metro menuju kabupaten Lampung Barat. Dengan sebelumnya memanjatkan doa safar yang dipimpin oleh salah satu peserta pendaki gunung. Dalam perjalanan yang memakan waktu 8 jam ini banyak sekali daerah-daerah di kawasan Lampung yang kami lalui, seperti punggur, gunung sugih, yukum jaya, bandar jaya, blambangan umpu, kalibalangan, candirejo, candimas, kotabumi dan bukit kemuning. Juga begitu banyak panorama yang kami lihat dari kaca jendela mobil. Jalan yang berkelok-kelok dan curam menemani kami saat berada di daerah Bukit Kemuning, Lampung Utara. Dan didaerah ini juga kami berhenti disebuah masjid megah diatas bukit untuk menunaikan sholat jamak qashar zuhur dan ashar. Air yang kami gunakan untuk berwudhu begitu dingin sekali seperti air didalam kulkas. Setelah sholat, panitia membagikan nasi bungkus kepada kami. Hmmm.. nikmat sekali makan diudara yang sejuk dibawah derasnya hujan yang setia menemani perjalanan kami. Hawa dingin tentu saja menyelimuti kami.

Akhirnya sekitar jam 18.00 sore kami tiba di desa Bahway, Liwa - Lampung Barat. Desa inilah yang akan menjadi awal perjalanan mendaki gunung. Desa yang jaraknya 20 KM dari jalan beraspal ini menawarkan sejuta pemandangan yang menyejukkan mata. Kalimat tasbih tak henti-hentinya terucap dari lisan-lisan kami. Subhanallah.. Sesampainya didesa tersebut kami kembali menunaikan sholat jamak maghrib dan isya. Kalau air yang kami gunakan untuk berwudhu didaerah bukit kemuning tadi ibarat air didalam kulkas, air disini lebih dingin dari itu. Entahlah aku tak bisa mendeskripsikannya seperti apa. Yang pasti sangat dingin sekali. Setelah menunaikan kewajiban sebagai ‘abdi Allah, segera kami dikumpulkan kembali untuk mendapatkan pengarahan sebelum kami terjun langsung mendaki gunung pesagi. Setelah usai, kami pun mengecek segala peralatan-peralatan yang kami bawa. Setelah dirasa cukup, kami pun siap action mulai mendaki gunung pesagi. Allahu Akbar!!!

Perjalanan diawali menuju basecamp 1 yang memakan waktu kurang lebih 2 jam. Ketika sampai di basecamp 1 yang tepat jam 22.00 malam, kami membuka bekal masing-masing untuk makan malam. Setelah itu sesuai dengan petunjuk instruktur kami diperintahkan untuk segera istirahat mengingat medan yang akan kami tempuh sangat sulit, menantang dan lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 8 jam mendaki hingga kepuncaknya  dan itu murni hanya menggunakan kedua kaki. Hatiku bertanya-tanya, “Apakah aku mampu menjalankannya?” 


Hawa dingin menyelimuti kami hingga menusuk tulang ketika kami dibangunkan oleh panitia sekitar jam 01.00 dini hari. Dingin sekali. Bahkan diantara kami ada yang memakai jaket dan mantel dobel agar terhindar dari hawa dingin. Ada juga yang berlari-lari kecil untuk menghilangkan rasa dingin. Bahkan ada yang menghidupkan kompor kecil yang biasa digunakan untuk kemah. Itu semua dilakukan para peserta mendaki gunung hanya untuk menghilangkan rasa dingin ditubuh, termasuk diriku. Akhirnya kami dikumpulkan kembali untuk dibagi kelompok agar selama pendakian berjalan dengan teratur juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kehilangan kelompok, tersesat dihutan, cidera dibagian anggota tubuh, bahkan sampai jatuh ke jurang. 4 kelompok telah terbentuk. Kelompok pertama disebut dengan kelompok Merapi, kelompok kedua disebut dengan kelompok Bromo, kelompok ketiga disebut dengan kelompok Sandoro, dan kelompok terakhir disebut dengan kelompok Sumbing. Aku sendiri berada di kelompok Sandoro.

Akhirnya perjalanan mendaki gunung −bisa kusebut perjalanan malam− yang sesungguhnya dimulai. Kelompok Merapi mengawali perjalanan ini sekaligus yang menjadi pemimpin rombongan. Setelah itu menyusul Bromo, Sandoro, dan Sumbing. Setapak demi setapak kami lewati bersama dengan obrolan-obrolan ringan selama dalam perjalanan. Perkenalan pun kami lakukan selama dalam perjalanan. Karena memang kami berasal dari berbagai organisasi yang berbeda namun masih dalam satu visi yakni dakwah Islam. Karena memang latar belakang organisasi kami semua adalah Islam.

Tahaaaan...! terdengar pekikan suara dari rombongan belakang. Perjalanan yang pada saat itu sudah menempuh sekitar 3 jam perjalanan terpaksa terhenti. Ternyata ada teman dari kami yang kakinya cidera. Mas Joko namanya. Alhasil perjalanan kami pun terhenti sejenak sampai kaki Mas Joko benar-benar pulih dan bisa berjalan kembali. Di saat kami berhenti itulah terdapat pemandangan yang jarang aku lihat. Sekumpulan kunang-kunang mengitari kami. Indah sekali. Suasana yang gelap menjadi terang dengan hadirnya si hewan lampu itu. Kemudian setelah kaki Mas Joko agak baikan perjalanan pun dilanjutkan. 

Sejam kemudian semua rombongan pendakian gunung telah sampai ke basecamp 2. Sesampainya di basecamp 2 ini, semua peserta pendakian gunung langsung tergeletak tak berdaya. Ada yang langsung tidur terlentang diatas tanah yang dingin, memijat-mijat kakinya, menuju sungai sekedar untuk melepas dahaga, bahkan ada yang berkata-kata tak karuan. Inilah berbagai macam tingkah laku manusia yang sudah sangat letih berjalan. Termasuk diriku yang langsung tergeletak tak berdaya yang sebelumnya sempat melihat pemandangan yang begitu indah. Rumah-rumah penduduk yang diterangi dengan lampu terang benderang tak beraturan tampak begitu kecil sekali.


Baru beberapa saat memejamkan mata, para panitia membangunkan kami untuk melaksanakan sholat shubuh. Dengan langkah gontai dan rasa dingin ditubuh, aku dan para pendaki yang lain jalan beringsut menuju sungai. Brrr... dingin sekali airnya. Ada peserta yang tak sanggup menyentuh air lebih memilih bertayamum. Karena memang kondisinya yang sangat dingin sekali, jadi diperbolehkan untuk bertayamum. Selepas sholat shubuh, perjalanan kembali dilanjutkan menuju puncak gunung pesagi.

Jalan yang kami lalui semakin terjal dan menantang. Dalam perjalanan itu banyak sekali panorama alam yang aku jumpai. Serta tumbuh-tumbuhan yang indah sekali. Seperti jenis anggrek yang beraneka ragam, tanaman kantong semar. Tetapi yang perlu diperhatikan, kita dilarang keras memetik atau mengambil bunga-bunga yang tumbuh di gunung ini. Juga sepanjang perjalanan dapat kita temui aliran sungai yang mengalir deras, kebun kopi yang menjuntai indah, dan juga aneka satwa liar mulai dari burung hingga binatang buas. Vegetasi hutan semakin rapat dengan tanaman pakis rotan yang masih setia tumbuh dengan subur. 

Alhamdulillah.. Akhirnya tepat pukul pukul 08.00 pagi kami serombongan peserta pendaki gunung tiba di puncak gunung pesagi. Rasa lelah dan letih terbayarkan sudah. Gunung Pesagi merupakan gunung tertinggi di Lampung yang mempunyai ketinggian mencapai 2.389 meter diatas permukaan laut. Dan di puncak pesagi ini kita dapat melihat dengan jelas  indahnya  liukan Danau Ranau, pemukiman penduduk OKU, laut lepas Krui, dan laut lepas Belimbing. Selain itu dapat dijumpai juga tugu peninggalan Belanda dan merupakan tanda batas kekuasaan Belanda kala itu. Lantunan tasbih tak henti-hentinya terucap oleh lisan-lisan kami. Sungguh indah segala apa yang Engkau ciptakan, Kuasa bagi-Mu dan sungguh teramat kecil diri ini dibanding dengan segala kekuasaan-Mu di muka bumi ini. Perlahan kunikmati semua ciptaan Allah ini. Subhanallah. Saatnya kita semua Back to Nature sobat. Mau?  ^_^

“Sebuah negara tidak akan pernah kekurangan seorang pemimpin apabila anak mudanya sering bertualang di hutan, gunung, dan lautan.*
(Henry Dunant/Bapak Palang Merah Sedunia)

*Quotes dari Novel 5cm.

−Selesai−

Metro – Lampung, 13 Rabiul Awal 1434 H / 25 Januari 2013 M
Ditulis selepas ba’da subuh oleh ‘abdi Allah yang faqiir

Ahmad Tarnudzi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar