Akhir tahun 2012 lalu menjadi akhir tahun yang begitu mengesankan
bagiku. Karena tahun itu kututup dengan mendaki Gunung Pesagi di Liwa Lampung
Barat. Sebuah pengalaman baru yang menantang. Dengan niat serta tekad yang
kuat, maka kuberanikan diriku untuk mengikutinya. Acara pendakian gunung bersama
yang diselenggarakan oleh MPI (Mahasiswa Pecinta Islam) Lampung ini merupakan
kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yakni Bedah Buku “Karena Cinta
Harus Memilih” nya Burhan Sodiq. Kemudian MPI kembali mengajak beberapa
organisasi lain diluar mereka untuk
mengikuti pendakian gunung bersama. Yaitu, FPM (Forum Pemuda Masjid) Metro, ROHIMA (Rohani Islam Malahayati) Universitas Malahayati Bandar Lampung, EAT (El-Muhsin Adventure Team) Metro dan organisasi yang tentu saja aku ikuti di dalamnya yaitu KM3 (Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah) Universitas Muhammadiyah Metro.
mengikuti pendakian gunung bersama. Yaitu, FPM (Forum Pemuda Masjid) Metro, ROHIMA (Rohani Islam Malahayati) Universitas Malahayati Bandar Lampung, EAT (El-Muhsin Adventure Team) Metro dan organisasi yang tentu saja aku ikuti di dalamnya yaitu KM3 (Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah) Universitas Muhammadiyah Metro.
Kami semua dikumpulkan menjadi satu di hari senin pagi yang mendung
bertepatan pada tanggal 24 Desember 2012. Dengan peralatan yang begitu lengkap
yang telah kami sandang masing-masing sesuai dengan instruksi dan perintah dari
panitia, seperti tas carrier besar, sepatu gunung, celana gunung, jaket
tebal, matras, lampu senter, penutup kepala, sarung tangan, air minum dan bekal
secukupnya. Jumlah peserta pendaki berjumlahkan sekitar 40 orang dari berbagai
organisasi. Dalam kesempatan ini tim panitia memberikan pengarahan terkait
pendakian gunung pesagi yang akan memakan waktu selama 2 hari, yang dimulai
tanggal 24 sampai tanggal 25 Desember 2012.
Tepat jam 10.00 pagi kami serombongan berangkat menggunakan 2 mobil
(Panther dan AVP) dan 1 Bus dari Kota Metro menuju kabupaten Lampung Barat. Dengan
sebelumnya memanjatkan doa safar yang dipimpin oleh salah satu peserta pendaki
gunung. Dalam perjalanan yang memakan waktu 8 jam ini banyak sekali daerah-daerah
di kawasan Lampung yang kami lalui, seperti punggur, gunung sugih, yukum jaya, bandar
jaya, blambangan umpu, kalibalangan, candirejo, candimas, kotabumi dan bukit
kemuning. Juga begitu banyak panorama yang kami lihat dari kaca jendela mobil.
Jalan yang berkelok-kelok dan curam menemani kami saat berada di daerah Bukit
Kemuning, Lampung Utara. Dan didaerah ini juga kami berhenti disebuah masjid
megah diatas bukit untuk menunaikan sholat jamak qashar zuhur dan ashar.
Air yang kami gunakan untuk berwudhu begitu dingin sekali seperti air didalam
kulkas. Setelah sholat, panitia membagikan nasi bungkus kepada kami. Hmmm..
nikmat sekali makan diudara yang sejuk dibawah derasnya hujan yang setia
menemani perjalanan kami. Hawa dingin tentu saja menyelimuti kami.
Akhirnya sekitar jam 18.00 sore kami tiba di desa Bahway, Liwa - Lampung
Barat. Desa inilah yang akan menjadi awal perjalanan mendaki gunung. Desa yang
jaraknya 20 KM dari jalan beraspal ini menawarkan sejuta pemandangan yang menyejukkan
mata. Kalimat tasbih tak henti-hentinya terucap dari lisan-lisan kami. Subhanallah..
Sesampainya didesa tersebut kami kembali menunaikan sholat jamak maghrib
dan isya. Kalau air yang kami gunakan untuk berwudhu didaerah bukit kemuning
tadi ibarat air didalam kulkas, air disini lebih dingin dari itu. Entahlah aku tak
bisa mendeskripsikannya seperti apa. Yang pasti sangat dingin sekali. Setelah
menunaikan kewajiban sebagai ‘abdi Allah, segera kami dikumpulkan kembali
untuk mendapatkan pengarahan sebelum kami terjun langsung mendaki gunung
pesagi. Setelah usai, kami pun mengecek segala peralatan-peralatan yang kami
bawa. Setelah dirasa cukup, kami pun siap action mulai mendaki gunung
pesagi. Allahu Akbar!!!
Perjalanan diawali menuju basecamp 1 yang memakan waktu kurang
lebih 2 jam. Ketika sampai di basecamp 1 yang tepat jam 22.00 malam, kami
membuka bekal masing-masing untuk makan malam. Setelah itu sesuai dengan
petunjuk instruktur kami diperintahkan untuk segera istirahat mengingat medan
yang akan kami tempuh sangat sulit, menantang dan lumayan jauh. Butuh waktu
sekitar 8 jam mendaki hingga kepuncaknya dan itu murni hanya menggunakan kedua kaki. Hatiku
bertanya-tanya, “Apakah aku mampu menjalankannya?”
Hawa dingin menyelimuti kami hingga menusuk tulang ketika kami
dibangunkan oleh panitia sekitar jam 01.00 dini hari. Dingin sekali. Bahkan
diantara kami ada yang memakai jaket dan mantel dobel agar terhindar dari hawa
dingin. Ada juga yang berlari-lari kecil untuk menghilangkan rasa dingin. Bahkan
ada yang menghidupkan kompor kecil yang biasa digunakan untuk kemah. Itu semua
dilakukan para peserta mendaki gunung hanya untuk menghilangkan rasa dingin
ditubuh, termasuk diriku. Akhirnya kami dikumpulkan kembali untuk dibagi
kelompok agar selama pendakian berjalan dengan teratur juga untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti kehilangan kelompok, tersesat dihutan,
cidera dibagian anggota tubuh, bahkan sampai jatuh ke jurang. 4 kelompok telah
terbentuk. Kelompok pertama disebut dengan kelompok Merapi, kelompok kedua
disebut dengan kelompok Bromo, kelompok ketiga disebut dengan kelompok Sandoro,
dan kelompok terakhir disebut dengan kelompok Sumbing. Aku sendiri berada di
kelompok Sandoro.
Akhirnya perjalanan mendaki gunung −bisa kusebut perjalanan malam− yang
sesungguhnya dimulai. Kelompok Merapi mengawali perjalanan ini sekaligus yang
menjadi pemimpin rombongan. Setelah itu menyusul Bromo, Sandoro, dan Sumbing. Setapak
demi setapak kami lewati bersama dengan obrolan-obrolan ringan selama dalam
perjalanan. Perkenalan pun kami lakukan selama dalam perjalanan. Karena memang
kami berasal dari berbagai organisasi yang berbeda namun masih dalam satu visi
yakni dakwah Islam. Karena memang latar belakang organisasi kami semua adalah
Islam.
Tahaaaan...! terdengar pekikan suara dari rombongan belakang. Perjalanan
yang pada saat itu sudah menempuh sekitar 3 jam perjalanan terpaksa terhenti. Ternyata
ada teman dari kami yang kakinya cidera. Mas Joko namanya. Alhasil perjalanan
kami pun terhenti sejenak sampai kaki Mas Joko benar-benar pulih dan bisa
berjalan kembali. Di saat kami berhenti itulah terdapat pemandangan yang jarang
aku lihat. Sekumpulan kunang-kunang mengitari kami. Indah sekali. Suasana yang
gelap menjadi terang dengan hadirnya si hewan lampu itu. Kemudian setelah kaki
Mas Joko agak baikan perjalanan pun dilanjutkan.
Sejam kemudian semua rombongan pendakian gunung telah sampai ke
basecamp 2. Sesampainya di basecamp 2 ini, semua peserta pendakian gunung
langsung tergeletak tak berdaya. Ada yang langsung tidur terlentang diatas
tanah yang dingin, memijat-mijat kakinya, menuju sungai sekedar untuk melepas
dahaga, bahkan ada yang berkata-kata tak karuan. Inilah berbagai macam tingkah
laku manusia yang sudah sangat letih berjalan. Termasuk diriku yang langsung
tergeletak tak berdaya yang sebelumnya sempat melihat pemandangan yang begitu
indah. Rumah-rumah penduduk yang diterangi dengan lampu terang benderang tak
beraturan tampak begitu kecil sekali.
Baru beberapa saat memejamkan mata, para panitia membangunkan kami
untuk melaksanakan sholat shubuh. Dengan langkah gontai dan rasa dingin
ditubuh, aku dan para pendaki yang lain jalan beringsut menuju sungai. Brrr...
dingin sekali airnya. Ada peserta yang tak sanggup menyentuh air lebih memilih
bertayamum. Karena memang kondisinya yang sangat dingin sekali, jadi
diperbolehkan untuk bertayamum. Selepas sholat shubuh, perjalanan kembali
dilanjutkan menuju puncak gunung pesagi.
Jalan yang kami lalui semakin terjal dan menantang. Dalam
perjalanan itu banyak sekali panorama alam yang aku jumpai. Serta
tumbuh-tumbuhan yang indah sekali. Seperti jenis anggrek yang beraneka ragam,
tanaman kantong semar. Tetapi yang perlu diperhatikan, kita dilarang keras
memetik atau mengambil bunga-bunga yang tumbuh di gunung ini. Juga sepanjang
perjalanan dapat kita temui aliran sungai yang mengalir deras, kebun kopi yang
menjuntai indah, dan juga aneka satwa liar mulai dari burung hingga binatang
buas. Vegetasi hutan semakin rapat dengan tanaman pakis rotan yang masih setia
tumbuh dengan subur.
Alhamdulillah.. Akhirnya
tepat pukul pukul 08.00 pagi kami serombongan peserta pendaki gunung tiba di
puncak gunung pesagi. Rasa lelah dan letih terbayarkan sudah. Gunung Pesagi
merupakan gunung tertinggi di Lampung yang mempunyai ketinggian mencapai 2.389
meter diatas permukaan laut. Dan di puncak pesagi ini kita dapat melihat dengan
jelas indahnya liukan Danau Ranau, pemukiman penduduk OKU,
laut lepas Krui, dan laut lepas Belimbing. Selain itu dapat dijumpai juga tugu
peninggalan Belanda dan merupakan tanda batas kekuasaan Belanda kala itu.
Lantunan tasbih tak henti-hentinya terucap oleh lisan-lisan kami. Sungguh indah
segala apa yang Engkau ciptakan, Kuasa bagi-Mu dan sungguh teramat kecil diri
ini dibanding dengan segala kekuasaan-Mu di muka bumi ini. Perlahan kunikmati
semua ciptaan Allah ini. Subhanallah. Saatnya kita semua Back to Nature
sobat. Mau? ^_^
“Sebuah negara tidak akan pernah kekurangan seorang pemimpin
apabila anak mudanya sering bertualang di hutan, gunung, dan lautan.*
(Henry Dunant/Bapak Palang Merah
Sedunia)
*Quotes dari Novel 5cm.
−Selesai−
Metro – Lampung, 13 Rabiul Awal 1434 H / 25 Januari 2013 M
Ditulis selepas ba’da subuh oleh ‘abdi Allah yang faqiir
Ahmad
Tarnudzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar