04 Oktober 2013

Islam Solusi Dalam Mendidik Anak (Gagas)

*Tulisan ini  dimuat di Koran Lampost Edisi Sabtu, 28 September 2013 (Dalam Rubrik Humaniora Kolom Gagas)



Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita kecelakaan yang merenggut 6 orang nyawa sekaligus dan 9 korban lainnya luka-luka di Tol Jagorawi. Menurut pemberitaan, kecelakaan terjadi karena kurangnya konsentrasi pengendara dalam mengendalikan mobilnya sehingga menabrak pembatas jalan dan mobilnya keluar jalur dan menabrak mobil-mobil lain dari arah berlawanan.
Kecelakaan ini sedikit agak berbeda dari biasanya, karena pelakunya adalah seorang anak dibawah umur. Usianya baru 13 tahun. Ia merupakan salah satu anak dari seorang musisi terkenal di negeri kita ini. Hingga hari ini, kasusnya masih terus diperiksa oleh
Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan.
Begitu banyak korban jiwa yang meninggal akibat kecelakaan. Sepanjang tahun 2012 lalu, angka kecelakaan mencapai 7.817 kasus. Ini biasanya diakibatkan oleh kelalaian pengendaranya. Dengan berbagai macam alasan seperti mengantuk dan kelelahan. Penyebab lainnya adalah sebelum berkendaraan mengkonsumsi barang-barang haram seperti minum-minuman keras, narkoba, sabu-sabu dan yang sejenisnya yang mengakibatkan kurangnya konsentrasi bagi pengendara. Atau lebih parahnya dengan tujuan ugal-ugalan atau balapan dijalan raya. Padahal polisi sudah mewanti-wanti akan bahayanya berkendaraan dengan kondisi-kondisi seperti disebutkan diatas.
Para orang tua harus lebih intensif dalam membimbing dan mendidik anak-anak. Orang tua juga harus lebih perhatian dengan segala aktivitas yang dilakukan anak-anaknya. Karena orang tua adalah orang terdekat yang selalu bersama anak-anak. Jangan biarkan anak-anak melakukan sesuatu yang negatif kemudian kita biarkan begitu saja. Misalkan membolehkannya pacaran, merokok, mengendarai kendaraan (motor/mobil) padahal belum punya SIM (Surat Izin Mengendarai) dan berkeliaran di jalan raya.
Banyak yang mengatakan bahwasanya ini adalah mutlak kesalahan orang tua dalam mendidik anak dan kurangnya perhatian orang tua pada anak. Ada juga yang menyalahkan pihak sekolah dimana anak tersebut disekolahkan. Apapun itu, merujuk judul diatas bahwa solusi dalam membimbing, mendidik dan membina anak-anak adalah dengan kembali ke ajaran Islam. Karena Islam sudah mengatur semua tatanan kehidupan bagi para pemeluknya.
Ketahuilah bahwa cara dalam membimbing dan mendidik anak merupakan masalah yang sangat penting dan menonjol. Anak merupakan amanah dipundak kedua orang tuanya, belahan hatinya yang suci, mutiara paling berharga yang masih netral dan belum berbentuk. Oleh karena itu dia siap untuk dibentuk dan dibawa kemana pun dia akan dibawa. Jika dia dibiasakan dan diajari hal-hal yang baik, maka dia akan tumbuh dengan baik dan tentu akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Kedua orang tua, guru dan pembimbingnya juga akan memperoleh pahala dari kebaikan itu. Jika dia dibiasakan dan diajari hal-hal yang buruk, diabaikan layaknya binatang, tentu dia akan menderita dan rusak. Orang yang seharusnya bertanggung jawab atas dirinya ikut berdosa. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
Dalam membimbing anak, ada beberapa cara yang baik seperti dijelaskan dalam sebuah buku berjudul Mausu’ah Al-Mar’atul Muslimah karya Haya binti Mubarok Al-Barik. Yang pertama adalah tidak boleh membiasakannya hidup mewah dan menyenangi hiasan dan kesenangan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mendapat kesenangan dan kemewahan tersebut setelah besar nanti, yang akhirnya justru menyeretnya kepada kehancuran.
Yang kedua, orang tua harus mengawasinya sepanjang masa, tidak boleh mengambil pembantu atau orang yang menyusui kecuali wanita shalihah, berpegang kepada agama dan hanya memakan yang halal-halal.
Yang ketiga, anak harus diajari taat kepada kedua orang tua, guru, pendidik dan siapa pun yang lebih tua usianya dari kalangan kerabat atau tetangga, serta harus mengikuti mereka.
Yang keempat, Anak tidak boleh membanggakan diri dihadapan teman-temannya. Tetapi dia harus dibiasakan tawadhu’ dan menghormati setiap orang yang bergaul dengannya serta berkata secara lemah lembut, tidak kasar.
Yang kelima, saat anak sudah mencapai usia baligh, maka dia tidak boleh diberi kesempatan sedikit pun untuk meninggalkan bersuci dan shalat, diperintahkan berpuasa pada bulan Ramadhan, diajari hukum-hukum syariat yang sudah dibutuhkan, memperingatkannya dari tindak pencurian, memakan yang haram, khianat, dusta dan perkataan keji.
Anak yang tidak mendapat perhatian dan diabaikan pada awal masa pertumbuhannya, mayoritas akhlaknya buruk, pendusta, pendengki, suka mengadu domba, suka mencuri, memaksa, mengobral omongan dan bercanda ria. Semua dampak ini bisa dihindarkan lewat bimbingan dan pengarahan, diberikan kesibukan disekolah untuk mempelajari Al-Qur’an, hadits, kisah para pejuang Islam dan keadaan mereka, agar didalam jiwanya tertanam kecintaan kepada orang-orang shalih, tidak hanya menghapalkan syair-syair cinta. Sebab syair-syair cinta hanya akan menanamkan benih-benih kerusakan di dalam hati anak. Jika sejak kecil anak sudah mengenal semua ini, tentu dia mengetahui rahasia dibalik semua urusan ini. So, Islam is solution of all the problem. []


Bandar Lampung, 11 September 2013

3 komentar: