Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita kecelakaan yang
merenggut 6 orang nyawa sekaligus dan 9 korban lainnya luka-luka di Tol Jagorawi.
Menurut pemberitaan, kecelakaan terjadi karena kurangnya konsentrasi pengendara
dalam mengendalikan mobilnya sehingga menabrak pembatas jalan dan mobilnya
keluar jalur dan menabrak mobil-mobil lain dari arah berlawanan.
Kecelakaan ini sedikit agak berbeda dari biasanya, karena pelakunya
adalah seorang anak dibawah umur. Usianya baru 13 tahun. Ia merupakan salah
satu anak dari seorang musisi terkenal di negeri kita ini. Hingga hari ini,
kasusnya masih terus diperiksa oleh
Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan.
Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan.
Begitu banyak korban jiwa yang meninggal akibat kecelakaan. Sepanjang
tahun 2012 lalu, angka kecelakaan mencapai 7.817 kasus. Ini biasanya
diakibatkan oleh kelalaian pengendaranya. Dengan berbagai macam alasan seperti mengantuk
dan kelelahan. Penyebab lainnya adalah sebelum berkendaraan mengkonsumsi
barang-barang haram seperti minum-minuman keras, narkoba, sabu-sabu dan yang
sejenisnya yang mengakibatkan kurangnya konsentrasi bagi pengendara. Atau lebih
parahnya dengan tujuan ugal-ugalan atau balapan dijalan raya. Padahal polisi
sudah mewanti-wanti akan bahayanya berkendaraan dengan kondisi-kondisi seperti
disebutkan diatas.
Para orang tua harus lebih intensif dalam membimbing dan mendidik anak-anak.
Orang tua juga harus lebih perhatian dengan segala aktivitas yang dilakukan
anak-anaknya. Karena orang tua adalah orang terdekat yang selalu bersama
anak-anak. Jangan biarkan anak-anak melakukan sesuatu yang negatif kemudian
kita biarkan begitu saja. Misalkan membolehkannya pacaran, merokok, mengendarai
kendaraan (motor/mobil) padahal belum punya SIM (Surat Izin Mengendarai) dan
berkeliaran di jalan raya.
Banyak yang mengatakan bahwasanya ini adalah mutlak kesalahan orang
tua dalam mendidik anak dan kurangnya perhatian orang tua pada anak. Ada juga
yang menyalahkan pihak sekolah dimana anak tersebut disekolahkan. Apapun itu,
merujuk judul diatas bahwa solusi dalam membimbing, mendidik dan membina
anak-anak adalah dengan kembali ke ajaran Islam. Karena Islam sudah mengatur
semua tatanan kehidupan bagi para pemeluknya.
Ketahuilah bahwa cara dalam membimbing dan mendidik anak merupakan
masalah yang sangat penting dan menonjol. Anak merupakan amanah dipundak kedua
orang tuanya, belahan hatinya yang suci, mutiara paling berharga yang masih
netral dan belum berbentuk. Oleh karena itu dia siap untuk dibentuk dan dibawa
kemana pun dia akan dibawa. Jika dia dibiasakan dan diajari hal-hal yang baik,
maka dia akan tumbuh dengan baik dan tentu akan menjadi orang yang bahagia di
dunia dan akhirat. Kedua orang tua, guru dan pembimbingnya juga akan memperoleh
pahala dari kebaikan itu. Jika dia dibiasakan dan diajari hal-hal yang buruk,
diabaikan layaknya binatang, tentu dia akan menderita dan rusak. Orang yang
seharusnya bertanggung jawab atas dirinya ikut berdosa. Allah berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
Dalam membimbing anak, ada beberapa cara yang baik seperti dijelaskan
dalam sebuah buku berjudul Mausu’ah Al-Mar’atul Muslimah karya Haya
binti Mubarok Al-Barik. Yang pertama adalah tidak boleh membiasakannya
hidup mewah dan menyenangi hiasan dan kesenangan, sehingga akan menghabiskan
umurnya untuk mendapat kesenangan dan kemewahan tersebut setelah besar nanti,
yang akhirnya justru menyeretnya kepada kehancuran.
Yang kedua, orang tua
harus mengawasinya sepanjang masa, tidak boleh mengambil pembantu atau orang
yang menyusui kecuali wanita shalihah, berpegang kepada agama dan hanya memakan
yang halal-halal.
Yang ketiga, anak harus
diajari taat kepada kedua orang tua, guru, pendidik dan siapa pun yang lebih
tua usianya dari kalangan kerabat atau tetangga, serta harus mengikuti mereka.
Yang keempat, Anak tidak
boleh membanggakan diri dihadapan teman-temannya. Tetapi dia harus dibiasakan
tawadhu’ dan menghormati setiap orang yang bergaul dengannya serta berkata
secara lemah lembut, tidak kasar.
Yang kelima, saat anak
sudah mencapai usia baligh, maka dia tidak boleh diberi kesempatan sedikit pun
untuk meninggalkan bersuci dan shalat, diperintahkan berpuasa pada bulan
Ramadhan, diajari hukum-hukum syariat yang sudah dibutuhkan, memperingatkannya
dari tindak pencurian, memakan yang haram, khianat, dusta dan perkataan keji.
Anak yang tidak mendapat perhatian dan diabaikan pada awal masa
pertumbuhannya, mayoritas akhlaknya buruk, pendusta, pendengki, suka mengadu
domba, suka mencuri, memaksa, mengobral omongan dan bercanda ria. Semua dampak
ini bisa dihindarkan lewat bimbingan dan pengarahan, diberikan kesibukan
disekolah untuk mempelajari Al-Qur’an, hadits, kisah para pejuang Islam dan
keadaan mereka, agar didalam jiwanya tertanam kecintaan kepada orang-orang
shalih, tidak hanya menghapalkan syair-syair cinta. Sebab syair-syair cinta
hanya akan menanamkan benih-benih kerusakan di dalam hati anak. Jika sejak
kecil anak sudah mengenal semua ini, tentu dia mengetahui rahasia dibalik semua
urusan ini. So, Islam is solution of all the problem. []
Bandar Lampung, 11 September 2013
barokallah ya, bagus gagasannya.
BalasHapusTerima kasih byk Mbak Naqi, ini juga masih belajar. Mohon bimbingannya selalu.
BalasHapuswah.. hebat mas ahmad,,,
BalasHapus