Bulan ramadhan kembali hadir
menjumpai setiap umat muslim diseluruh dunia tanpa terkecuali. Seluruh manusia yang
beragama Islam hukumnya wajib untuk melaksanakan puasa. Yaitu menahan diri
untuk tidak makan dan minum dari fajar sampai tenggelamnya matahari. Dengan
tujuan agar menjadi manusia yang
bertakwa serta menjalankan salah satu perintah Allah ini.
bertakwa serta menjalankan salah satu perintah Allah ini.
Dan di bulan ramadhan tahun 2012 ini
menjadi puasa pertama bagi Putra. Seorang bocah cilik berusia 6 tahun kelas 1 SD
di SDIT Ar-Raihan. Ibu guru memerintahkannya untuk belajar berpuasa. Juga Mama
dan Papanya menyuruhnya untuk belajar berpuasa. Apakah Putra akan sanggup
berpuasa mengingat sebelumnya ia belum pernah berpuasa sama sekali?
“Putra, put bangun.” Suara
Mama membangunkan Putra dari lelapnya tidur.
“Hwooaaah… Masih ngantuk nih Ma!” Jawab Putra.
“Eh, Putra bangun. Waktunya makan sahur. Kan semalam sudah
janji sama Mama kalau Putra mau puasa hari in?” Mama mengingatkan Putra.
Putra terdiam. Entah apa yang ia
pikirkan. Matanya mulai sayup-sayup kembali. Dan dengan sekejap ia tertidur
kembali. Seketika itupun Mama membisikkan sesuatu ketelinga anak laki-laki
kesayangannya itu.
“Put, Mama masak ayam goreng kesukaan Putra loh.” Pancing Mama.
“Hah, Ayam goreng! Mauuu…” dengan semangat Putra bangun juga.
Akhirnya dengan malas-malasan ia
beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju meja makan. Ketika tangannya
hampir menyentuh ayam goreng, tiba-tiba tangan Mama yang mendahuluinya.
“Eitss, cuci tangan dulu gih!” Perintah Ibunya.
“Yah Ibu, baiklah.” Jawab Putra.
Selepas sahur Putra
diajak Papanya ke masjid Al-Ikhlas dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat
shubuh berjama’ah. Di shubuh hari angin berhembus sangat dingin sekali.
Tak terasa waktu cepat sekali
berlalu. Di siang hari matahari memancarkan sinarnya yang sangat panas. Terlihat
Putra masih kuat menahan puasanya yang pertama kali itu. Tak nampak tanda-tanda
bahwa ia ingin membatalkan puasanya.
Di siang hari yang sangat panas ini
Dika dan Andre, teman Putra mengajaknya bermain layang-layangan di lapangan
dekat rumah mereka. Setibanya mereka disana, ternyata sudah ada Adit dan Rangga
yang sedang sibuk memintal benang layang-layangan mereka masing-masing.
Akhirnya tanpa aba-aba Dika, Andre, juga Putra langsung bergabung dan bermain
layang-layangan. Mereka bermain dibawah sinar matahari yang sangat panas, namun
mereka tetap asyik saja bermain.
Ketika sedang asyik bermain
layang-layangan, tiba-tiba datang Restu teman mereka juga yang membawa
sebungkus es segar ditangannya.
“Ih Restu gak puasa.” Celetuk Adit.
“Aku bilang Bu Guru loh” Dika Menimpali.
“Iya Restu, kok kamu gak puasa? Hayoo dosa loh... “ Andre menakuti.
“Ih gak apa-apa kok, kata Mamaku kalau Aku gak kuat
puasa, boleh dibatalin. Kalau kalian gak kuat, dibatalin aja. Nih Aku
masih ada 2 bungkus lagi.” Jawab Andre.
Putra, Dika, Andre, Adit, dan Rangga
tampak sedikit tergoda atas iming-imingan dari Restu. Akhirnya mereka bersepakat
untuk membatalkan puasanya. Sia-sia sudah mereka menahan puasa dari shubuh tadi
hanya karena sebungkus es pemberian Restu.
Selama dalam perjalanan pulang ke
rumah, Putra tampak khawatir dan cemas. Ia takut kalau-kalau saja Mamanya tahu
bahwa ia telah membatalkan puasanya. Apa yang harus ia jawab.
Matahari kembali ke peraduannya. Dan
langit berubah menjadi berwarna merah saga. Di rumah, Mama telah menyiapkan
hidangan istimewa buat Putra. Ada es doger, apel, jeruk, kolak pisang, dan tentu saja ada ayam goreng
kesukaan Putra. Putra tampak gembira menyambut datangnya waktu berbuka puasa
itu. Namun disisi lain ia sedih karena puasanya telah ia batalkan siang tadi.
“Put, Mama masak makanan spesial hari ini khusus buat Putra loh. Gimana,
hari ini Putra puasanya full kan?” Tanya Mama.
“i..i..iy.. ya Ma..” Jawab Putra dengan penuh keraguan.
‘Alhamdulillah kalau gitu.” Ujar Mama.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu
oleh setiap muslim tiba juga. Lantunan suara adzan mendayu merdu disetiap
telinga manusia yang mendengarnya. Menyisakan ketenangan batin menembus
dinding-dinding hati setiap manusia. Waktu berbuka puasa telah tiba.
Kembali Putra dan Papanya menuju
masjid Al-Ikhlas dekat rumahnya untuk menunaikan sholat maghrib berjama’ah.
Seusai dari masjid, Putra dan Papanya langsung pulang ke rumah untuk
melanjutkan berbuka puasa. Meskipun Putra tidak puasa, namun ia semangat sekali
menyantap makanan yang Mamanya masakan untuknya. Karena memang tadi siang ia
bersama teman-temannya cuma meminum es pemberian dari Restu itu saja.
Malam
hari perlahan menyibakkan kegelapannya. Burung-burung pulang ke sarangnya
masing-masing dengan membawa bekal yang cukup untuk digunakannnya malam ini.
Tampak Putra berjalan perlahan-lahan menuju kamar Mamanya. Ia tidak bisa tidur.
Ia masih memikirkan kejadian tadi siang yang menyebabkan ia membatalkan
puasanya. Ia ingin berterus terang kepada Mamanya bahwa puasa hari ini tidak
full. Ia batalkan karena sebungkus es pemberian Restu tadi siang.
Alhamdulillah, Mama tidak marah pada Putra. Justru Mama malah bangga pada anak
kesayangannya itu mengakui kesalahannya.
‘Ma, maafin Putra
ya?” Ujar Putra.
“Gak apa-apa sayang.
Kan besok Putra masih bisa belajar puasa lagi. Yang paling penting dari
berpuasa adalah melatih diri kita untuk selalu bersikap jujur.” Nasehat Mama.
“Baiklah Ma, kalau gitu
besok Putra janji akan puasa full dan gak akan tergoda lagi sama Restu.” Jawab Putra
dengan penuh keyakinan.
-Selesai-
Metro – Lampung, 04 Sya’ban 1433 H / 25 Juni 2012 M
Ditulis selepas ba’da isya oleh ‘abdi Allah yang faqiir
Ahmad
Tarnudzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar