04 Oktober 2013

Puasa Pertama Putra (Cernak)



Bulan ramadhan kembali hadir menjumpai setiap umat muslim diseluruh dunia tanpa terkecuali. Seluruh manusia yang beragama Islam hukumnya wajib untuk melaksanakan puasa. Yaitu menahan diri untuk tidak makan dan minum dari fajar sampai tenggelamnya matahari. Dengan tujuan agar menjadi manusia yang
bertakwa serta menjalankan salah satu perintah Allah ini.

Dan di bulan ramadhan tahun 2012 ini menjadi puasa pertama bagi Putra. Seorang bocah cilik berusia 6 tahun kelas 1 SD di SDIT Ar-Raihan. Ibu guru memerintahkannya untuk belajar berpuasa. Juga Mama dan Papanya menyuruhnya untuk belajar berpuasa. Apakah Putra akan sanggup berpuasa mengingat sebelumnya ia belum pernah berpuasa sama sekali?

 “Putra, put bangun.” Suara Mama membangunkan Putra dari lelapnya tidur.

“Hwooaaah… Masih ngantuk nih Ma!” Jawab Putra.

Eh, Putra bangun. Waktunya makan sahur. Kan semalam sudah janji sama Mama kalau Putra mau puasa hari in?” Mama mengingatkan Putra.

Putra terdiam. Entah apa yang ia pikirkan. Matanya mulai sayup-sayup kembali. Dan dengan sekejap ia tertidur kembali. Seketika itupun Mama membisikkan sesuatu ketelinga anak laki-laki kesayangannya itu.

“Put, Mama masak ayam goreng kesukaan Putra loh.” Pancing Mama.

“Hah, Ayam goreng! Mauuu…” dengan semangat Putra  bangun juga.

Akhirnya dengan malas-malasan ia beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju meja makan. Ketika tangannya hampir menyentuh ayam goreng, tiba-tiba tangan Mama yang mendahuluinya.

“Eitss, cuci tangan dulu gih!” Perintah Ibunya.

“Yah Ibu, baiklah.” Jawab Putra.

            Selepas sahur Putra diajak Papanya ke masjid Al-Ikhlas dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat shubuh berjama’ah. Di shubuh hari angin berhembus sangat dingin sekali. 

Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Di siang hari matahari memancarkan sinarnya yang sangat panas. Terlihat Putra masih kuat menahan puasanya yang pertama kali itu. Tak nampak tanda-tanda bahwa ia ingin membatalkan puasanya.

Di siang hari yang sangat panas ini Dika dan Andre, teman Putra mengajaknya bermain layang-layangan di lapangan dekat rumah mereka. Setibanya mereka disana, ternyata sudah ada Adit dan Rangga yang sedang sibuk memintal benang layang-layangan mereka masing-masing. Akhirnya tanpa aba-aba Dika, Andre, juga Putra langsung bergabung dan bermain layang-layangan. Mereka bermain dibawah sinar matahari yang sangat panas, namun mereka tetap asyik saja bermain. 

Ketika sedang asyik bermain layang-layangan, tiba-tiba datang Restu teman mereka juga yang membawa sebungkus es segar ditangannya.

“Ih Restu gak puasa.” Celetuk Adit.

“Aku bilang Bu Guru loh” Dika Menimpali.

“Iya Restu, kok kamu gak puasa? Hayoo dosa loh... “ Andre menakuti.

“Ih gak apa-apa kok, kata Mamaku kalau Aku gak kuat puasa, boleh dibatalin. Kalau kalian gak kuat, dibatalin aja. Nih Aku masih ada 2 bungkus lagi.” Jawab Andre.

Putra, Dika, Andre, Adit, dan Rangga tampak sedikit tergoda atas iming-imingan dari Restu. Akhirnya mereka bersepakat untuk membatalkan puasanya. Sia-sia sudah mereka menahan puasa dari shubuh tadi hanya karena sebungkus es pemberian Restu.

Selama dalam perjalanan pulang ke rumah, Putra tampak khawatir dan cemas. Ia takut kalau-kalau saja Mamanya tahu bahwa ia telah membatalkan puasanya. Apa yang harus ia jawab.

Matahari kembali ke peraduannya. Dan langit berubah menjadi berwarna merah saga. Di rumah, Mama telah menyiapkan hidangan istimewa buat Putra. Ada es doger, apel, jeruk,  kolak pisang, dan tentu saja ada ayam goreng kesukaan Putra. Putra tampak gembira menyambut datangnya waktu berbuka puasa itu. Namun disisi lain ia sedih karena puasanya telah ia batalkan siang tadi. 

“Put, Mama masak makanan spesial hari ini khusus buat Putra loh. Gimana, hari ini Putra puasanya full kan?” Tanya Mama.

“i..i..iy.. ya Ma..” Jawab Putra dengan penuh keraguan.

‘Alhamdulillah kalau gitu.” Ujar Mama.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh setiap muslim tiba juga. Lantunan suara adzan mendayu merdu disetiap telinga manusia yang mendengarnya. Menyisakan ketenangan batin menembus dinding-dinding hati setiap manusia. Waktu berbuka puasa telah tiba.

Kembali Putra dan Papanya menuju masjid Al-Ikhlas dekat rumahnya untuk menunaikan sholat maghrib berjama’ah. Seusai dari masjid, Putra dan Papanya langsung pulang ke rumah untuk melanjutkan berbuka puasa. Meskipun Putra tidak puasa, namun ia semangat sekali menyantap makanan yang Mamanya masakan untuknya. Karena memang tadi siang ia bersama teman-temannya cuma meminum es pemberian dari Restu itu saja.

Malam hari perlahan menyibakkan kegelapannya. Burung-burung pulang ke sarangnya masing-masing dengan membawa bekal yang cukup untuk digunakannnya malam ini. Tampak Putra berjalan perlahan-lahan menuju kamar Mamanya. Ia tidak bisa tidur. Ia masih memikirkan kejadian tadi siang yang menyebabkan ia membatalkan puasanya. Ia ingin berterus terang kepada Mamanya bahwa puasa hari ini tidak full. Ia batalkan karena sebungkus es pemberian Restu tadi siang. Alhamdulillah, Mama tidak marah pada Putra. Justru Mama malah bangga pada anak kesayangannya itu mengakui kesalahannya.

‘Ma, maafin Putra ya?” Ujar Putra.

“Gak apa-apa sayang. Kan besok Putra masih bisa belajar puasa lagi. Yang paling penting dari berpuasa adalah melatih diri kita untuk selalu bersikap jujur.” Nasehat Mama.

“Baiklah Ma, kalau gitu besok Putra janji akan puasa full dan gak akan tergoda lagi sama Restu.” Jawab Putra dengan penuh keyakinan. 

-Selesai-

Metro – Lampung, 04 Sya’ban 1433 H / 25 Juni 2012 M
Ditulis selepas ba’da isya oleh ‘abdi Allah yang faqiir
 Ahmad Tarnudzi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar