Sekelumit cerita Talkshow Kepenulisan bersama Tere Liye
Minggu pagi ditanggal 10 November 2013 yang bertepatan
dengan hari Pahlawan itu, langit tampak temaram. Matahari seolah-olah enggan menampakkan dirinya,
hingga mendung pun sedikit menggulungnya. Ratusan tak sampai ribuan manusia
menyemut di Kampus Politeknik Negeri Lampung (POLINELA), tepatnya di gedung
QB1. Dipintu utama gedung itu terdapat jejeran buku-buku yang tersusun rapih.
Ada yang tersusun dirak buku, dimeja dan ada yang diatas lantai dengan dialasi
spanduk. Rupanya ada Taman Baca Buku Gratis dari teman-teman FLP Lampung dan
ada Stand toko buku dari
Bandung Book Centre Lampung (BBC).
Bandung Book Centre Lampung (BBC).
Tersusun dengan sangat rapih buku-buku berjudul eliana, berjuta
rasanya, daun yang jatuh tak pernah membenci angin, hafalan sholat delisa,
bidadari-bidadari surga, moga bunda disayang Allah, burlian, pukat, ayahku
(bukan) pembohong dll. yang dijajakan oleh BBC. Bagi anda penikmat judul
novel-novel diatas, tentu sudah tidak asing lagi siapa penulisnya. Ya dia adalah
Tere Liye.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh UKM Al-Banna ini dikemas
dalam acara Talkshow Kepenulisan bersama Darwis Tere Liye yang bertajuk “Akulah Sang Penulis”.
Keberanian panitia menghadirkan sosok Tere Liye karena antusias warga Lampung
yang mengagumi karya-karya Tere Liye tersebut. Tere Liye adalah salah seorang penulis fiksi
yang produktif di Indonesia. Sampai saat ini, Tere Liye telah menghasilkan 17
novel best seller dengan judul-judul yang telah disebutkan diatas. Bahkan
ketiga dari novel-novelnya itu telah diangkat kelayar lebar yaitu hafalan
shalat delisa, bidadari-bidadari surga dan yang terbaru moga bunda disayang
Allah.
Mengenai pribadi dari seorang Tere Liye, ia terkesan cuek.
Bahkan ia mengatakan siap-siap jengkel, sebel dan sakit hati kalau bertanya
padanya. Dan ia sangat membenci sekali kepada orang-orang yang curhat padanya,
apalagi di jejaring sosial Facebook. Ia juga mengaku tidak pernah ingin menulis
satu buku yang ditulis rame-rame (Antologi: Red) Tere Liye yang kini mukim di
Bandung Jawa Barat ini dulu masa-masa SMAnya dihabiskan di Lampung yaitu SMAN 9
Bandar Lampung. Ia asli orang Sumatera dan lahir dipedalaman Sumatera.
Terkait namanya, Tere Liye hanya sebuah nama pena. Ia
mengaku asal mencomot saja dari salah satu judul lagu film India yang
dibintangi oleh Shahrukh Khan dan Pretty Zinta yang berjudul Veer Zaara. Kebetulan ia penyuka film-film
India. Ketika itu di tahun 2005 saat ia mengirimkan naskah pertamanya ke
penerbit maka nama Tere Liye ia gunakan sebagai nama penanya hingga sekarang.
Tere Liye mempunyai arti Untukmu. Jadi ia menulis untuknya, untuk istrinya,
untuk anaknya, untuk keluarganya, dan untuk seluruh para pembacanya. So Simply,
sesuai keperibadiannya.
Dalam session talkshow kepenulisan yang berdurasi 2 jam itu,
diawali dengan berbagai hiburan atau
pentas seni dari panitia. Antara lain pembacaan puisi berjudul “Hujan” karya
Tere Liye yang diambil dari salah satu novelnya, selanjutnya peserta dimanjakan
oleh Fatih Voice, salah satu tim nasyidnya UKM Al-Banna. Akhirnya tepat jam
09.30 WIB acara talkshow kepenulisan
bersama Tere Liye dimulai. Tere Liye yang hadir dengan mengenakan celana
PDL atau celana gunung, kaos oblong, sepatu kets dan ditemani topi bundar
berbahan kain wol. Simply sekali bukan?
Ketika Tere Liye menyampaikan Talkshow Kepenulisan pun
simple sekali. Hanya 3 poin yang ia sampaikan. Yaitu:
1.
Mengapa saya menulis?
2.
Apa yang harus saya tulis?
3.
Bagaimana agar tulisan saya
menarik?
Dari ketiga pertanyaannya itu, para peserta disuruh menjawab
sendiri-sendiri sesuai dengan keinginannya
masing-masing. Ia hanya menjelaskan dari ketiga poin tersebut dengan banyak
menggunakan perbandingan, kisah dan pengalamannya. Misalnya: waktu terbaik
menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu, adapun paling lambatnya adalah hari
ini. Pahami sendirilah maksudnya apa. Dan ia juga meceritakan kisah seekor
penyu, burung pipit dan sebatang pohon kelapa. Selain itu ia menceritakan pengalaman
masa kecilnya yang sangat suka sekali mendengarkan dongeng dari Ba’Wonya
(Paman).
Kemudian diakhir-akhir session talkshow kepenulisan, ia
menyampaikan motivasi kita menulis itu untuk apa? Dan yang sebenar-benarnya
motivasi kita dalam menulis ada 3 yaitu:
1.
Menemani dan menghibur
2.
Bermanfaat
3.
Menginspirasi
Bukan malah sebaliknya, yaitu:
1.
Sia-sia atau mubadzir
2.
Merusak level menengah
3.
Merusak level besar-besaran
Last but not least, itulah sekelumit ilmu yang kudapatkan
dalam acara talkshow kepenulisan bersama Tere Liye. Semoga bisa bermanfaat!!!
Dan bagi kalian yang terus menagih untuk dishare ilmunya,
monggo dibaca.
NB: bagi teman-teman yang hadir di acara talkshow
kepenulisan Tere Liye, boleh menambahkan atau mengurangi. Silahkan kritikan
ditunggu tulisan saya yang amburadul ini. Hehehe..
Sukarame - Balam, 11
November 2013
Ahmad Tarnudzy
alhamdulillah ada rekam jejaknya
BalasHapusHehe iya mbak Naqi ada rekam jejaknya, bisa dibuka ketika lupa.
Hapus