04 Desember 2013

Untukmu (Tere Liye)


Sekelumit cerita Talkshow Kepenulisan bersama Tere Liye

Minggu pagi ditanggal 10 November 2013 yang bertepatan dengan hari Pahlawan itu, langit tampak temaram. Matahari  seolah-olah enggan menampakkan dirinya, hingga mendung pun sedikit menggulungnya. Ratusan tak sampai ribuan manusia menyemut di Kampus Politeknik Negeri Lampung (POLINELA), tepatnya di gedung QB1. Dipintu utama gedung itu terdapat jejeran buku-buku yang tersusun rapih. Ada yang tersusun dirak buku, dimeja dan ada yang diatas lantai dengan dialasi spanduk. Rupanya ada Taman Baca Buku Gratis dari teman-teman FLP Lampung dan ada Stand toko buku dari
Bandung Book Centre Lampung (BBC).

Tersusun dengan sangat rapih buku-buku berjudul eliana, berjuta rasanya, daun yang jatuh tak pernah membenci angin, hafalan sholat delisa, bidadari-bidadari surga, moga bunda disayang Allah, burlian, pukat, ayahku (bukan) pembohong dll. yang dijajakan oleh BBC. Bagi anda penikmat judul novel-novel diatas, tentu sudah tidak asing lagi siapa penulisnya. Ya dia adalah Tere Liye.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh UKM Al-Banna ini dikemas dalam acara Talkshow Kepenulisan bersama Darwis Tere Liye  yang bertajuk “Akulah Sang Penulis”. Keberanian panitia menghadirkan sosok Tere Liye karena antusias warga Lampung yang mengagumi karya-karya Tere Liye tersebut.  Tere Liye adalah salah seorang penulis fiksi yang produktif di Indonesia. Sampai saat ini, Tere Liye telah menghasilkan 17 novel best seller dengan judul-judul yang telah disebutkan diatas. Bahkan ketiga dari novel-novelnya itu telah diangkat kelayar lebar yaitu hafalan shalat delisa, bidadari-bidadari surga dan yang terbaru moga bunda disayang Allah.

Mengenai pribadi dari seorang Tere Liye, ia terkesan cuek. Bahkan ia mengatakan siap-siap jengkel, sebel dan sakit hati kalau bertanya padanya. Dan ia sangat membenci sekali kepada orang-orang yang curhat padanya, apalagi di jejaring sosial Facebook. Ia juga mengaku tidak pernah ingin menulis satu buku yang ditulis rame-rame (Antologi: Red) Tere Liye yang kini mukim di Bandung Jawa Barat ini dulu masa-masa SMAnya dihabiskan di Lampung yaitu SMAN 9 Bandar Lampung. Ia asli orang Sumatera dan lahir dipedalaman Sumatera.

Terkait namanya, Tere Liye hanya sebuah nama pena. Ia mengaku asal mencomot saja dari salah satu judul lagu film India yang dibintangi oleh Shahrukh Khan dan Pretty Zinta yang berjudul  Veer Zaara. Kebetulan ia penyuka film-film India. Ketika itu di tahun 2005 saat ia mengirimkan naskah pertamanya ke penerbit maka nama Tere Liye ia gunakan sebagai nama penanya hingga sekarang. Tere Liye mempunyai arti Untukmu. Jadi ia menulis untuknya, untuk istrinya, untuk anaknya, untuk keluarganya, dan untuk seluruh para pembacanya. So Simply, sesuai keperibadiannya.

Dalam session talkshow kepenulisan yang berdurasi 2 jam itu, diawali dengan berbagai  hiburan atau pentas seni dari panitia. Antara lain pembacaan puisi berjudul “Hujan” karya Tere Liye yang diambil dari salah satu novelnya, selanjutnya peserta dimanjakan oleh Fatih Voice, salah satu tim nasyidnya UKM Al-Banna. Akhirnya tepat jam 09.30 WIB acara talkshow kepenulisan  bersama Tere Liye dimulai. Tere Liye yang hadir dengan mengenakan celana PDL atau celana gunung, kaos oblong, sepatu kets dan ditemani topi bundar berbahan kain wol. Simply sekali bukan?

Ketika Tere Liye menyampaikan Talkshow Kepenulisan pun simple sekali. Hanya 3 poin yang ia sampaikan. Yaitu:
1.       Mengapa saya menulis?
2.       Apa yang harus saya tulis?
3.       Bagaimana agar tulisan saya menarik?

Dari ketiga pertanyaannya itu, para peserta disuruh menjawab sendiri-sendiri sesuai  dengan keinginannya masing-masing. Ia hanya menjelaskan dari ketiga poin tersebut dengan banyak menggunakan perbandingan, kisah dan pengalamannya. Misalnya: waktu terbaik menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu, adapun paling lambatnya adalah hari ini. Pahami sendirilah maksudnya apa. Dan ia juga meceritakan kisah seekor penyu, burung pipit dan sebatang pohon kelapa. Selain itu ia menceritakan pengalaman masa kecilnya yang sangat suka sekali mendengarkan dongeng dari Ba’Wonya (Paman).

Kemudian diakhir-akhir session talkshow kepenulisan, ia menyampaikan motivasi kita menulis itu untuk apa? Dan yang sebenar-benarnya motivasi kita dalam menulis ada 3 yaitu:
1.       Menemani dan menghibur
2.       Bermanfaat
3.       Menginspirasi

Bukan malah sebaliknya, yaitu:
1.       Sia-sia atau mubadzir
2.       Merusak level menengah
3.       Merusak level besar-besaran

Last but not least, itulah sekelumit ilmu yang kudapatkan dalam acara talkshow kepenulisan bersama Tere Liye. Semoga bisa bermanfaat!!!
Dan bagi kalian yang terus menagih untuk dishare ilmunya, monggo dibaca.

NB: bagi teman-teman yang hadir di acara talkshow kepenulisan Tere Liye, boleh menambahkan atau mengurangi. Silahkan kritikan ditunggu tulisan saya yang amburadul ini. Hehehe..


Sukarame - Balam, 11 November 2013


Ahmad Tarnudzy






2 komentar: