12 Juni 2016

Menanti Sang Buah Hati

#Cerita Kehamilan Istriku

Diawal Ramadhan tahun 2016 ini, kehamilan istriku memasuki bulan ke-7 atau 28 minggu. Itu artinya tinggal 2 bulan lagi hingga genap 9 bulan atau 40 minggu calon dedek bayiku (Debay) yang pertama akan lahir.  Maa Syaa Allah. I will to be a father. I don’t believe that, but this is a reality. Alhamdulillaaah. Aku akan menjadi seorang bapak. Bapak yang mempunyai anak. Anak yang mesti dibesarkan dan dididik dengan baik. Subhanallah, kini amanahku akan bertambah lagi setelah
istriku yang juga amanahku. Betapa bahagia diriku saat ini.
 
Dan kemarin pas puasa pertama, keluarga besarku di Kotabumi, Lampung Utara mengadakan Tujuh Bulanan. Sebuah tradisi lama orang Jawa untuk merayakan kehamilan karena telah memasuki usia kehamilan ke-7 bulan. Aku sih sebenernya gak mau diadakan acara begituan, karena menurut pemahamanku itu termasuk perbuatan Bid’ah, namun istriku menyarankan agar tidak menolak acara Tujuh bulanan tersebut niatkan saja dalam rangka menghormati orang tua, insya Allah tidak mengapa. Dan akhirnya berjalanlah acara Tujuh bulanan tersebut. Xixixi...

Makanan khas acara Tujuh Bulanan

 Menurut HPL (Hari Perkiraan Lahir) yang diterangkan oleh dokter kandungan serta bidan, calon debay akan lahir pada bulan Agustus. Yang membuatku kaget tanggalnya jatuh pada tanggal 17. “Wow itu kan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia...?” Yap, 17 Agustus 1945. Berarti kalau calon debay lahir menjadi 17 Agustus 2016. Yang tiap tahunnya dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia. It’s amazing.
Garis 2 pertanda positif hamil pada test pack

Namun, aku sebagai calon Bapaknya tidak mengharapkan calon debay lahir pada hari Kemerdekaan Indonesia tersebut. Malah aku mengharapkan calon debay lahir 2 hari lebih maju dari tanggal 17 yaitu tanggal 15. Apa sebab..? Karena tanggal 15 Agustus adalah tanggal lahirku sebagai calon bapaknya. Aamiin Ya Rabb. Biar nanti kalau ingin mengadakan pesta ulang tahun jadi bisa lebih hemat sekaligus 2 orang, bapak dan anak. Hehehe.. Just kidding. ‘Ala kulli hal, tanggal dan bulan berapa pun nantinya calon debay lahir, tentunya aku mengharapkan calon debay lahir dengan normal tanpa operasi caesar, sehat dan menjadi Qurrota ‘Ayun alias penyejuk mata bagi keluarga kecilku ini.

Tak terasa 7 bulan sudah istriku berjuang dengan keras mengandung jabang bayi dengan lemah yang bertambah-tambah. Terbukti banget kan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14. Aku sebagai seorang suami terlebih sebagai seorang laki-laki tentu tak bisa merasakan apa yang istriku rasakan. Apalagi saat Tri Semester pertama (usia kehamilan 1 – 3 bulan), ada saja hal yang membuat istriku merasa kesakitan. Seperti mual, muntah, pusing, dll. Gejala ini katanya sih namanya Morning Sickness.
 
Morning Sickness dialami oleh istriku, hal ini sangatlah wajar terang bidan. Namun kondisi fisik istriku yang memang lemah dan mempunyai riwayat penyakit types menjadi sangat lemah yang selemah-lemahnya. Ditambah gejala-gejala kehamilan seperti seringnya keluar flek (cairan putih), kram perut, perut tergoncang keras karena gerakan bayi yang aktif, sakit pinggang, dan kaki membengkak. 
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku kontrol tiap bulan)
Pernah suatu sore saat aku dan istriku baru saja pulang dari pesta pernikahan teman kami, tiba-tiba perut istriku sangat sakit. Waktu itu usia kandungan baru saja menginjak usia 2 bulan. Istriku menjerit hingga meronta-ronta kesakitan. Bahkan air mata jatuh dari pelupuk mata beningnya. Aku yang tidak mengerti apa-apa sontak begitu panik. Berbagai cara aku lakukan, seperti mengelus-ngelus perut untuk menenangkannya sambil membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, meminumkan air zam-zam yang sebelumnya kubacakan doa-doa ma’tsur yang kebetulan kami dapatkan dari pakdenya istriku karena baru saja pulang dari umroh. 

Berbagai usaha telah kulakukan, ku-SMS temanku, ku-BBM kakakku yang dulu seorang apoteker, guna saran untuk harus mengonsumsi obat apa. Setelah disarankan dengan obat ini-itu, kutancap gas menuju apotek. Sampai-sampai aku sholat maghrib dirumah mendampingi istriku dan bahkan istriku kuperintahkan menjamak antara sholat maghrib dan isya.  Bi Idznillah, Perlahan demi perlahan hingga malam tiba kondisi istriku membaik. Alhamdulillaah Ya Allah.

Dari berbagai rasa sakit yang kerap mendera istriku saat hamil, ia pun sering izin mengajar disekolahnya. Dalam 1 minggu pasti ada saja izinnya. Aku sebagai suaminya terkadang tak tega melihat betapa menderitanya istriku. Terlintas tanya dalam benak, beginikah rasanya hamil? Se-menderita inikah hamil? Allah, berikan kesabaran bagi setiap ibu hamil didunia ini. Semoga kucuran pahala kian deras menghinggapi untuk setiap rasa sakit yang dialami seorang ibu hamil. Pahala jihad terbentang luas untukmu Wahai Ibu Hamil, Wahai Istriku Tersayang.. :*


Sukarame-Bandar Lampung, 07 Ramadhan 1437 H (12 Juni 2016)


Lelaki yang menantikan buah hatinya, 
 Ahmad Tarnudzy

Saat kandungan istriku berusia 6 Bulan @Kubah Emas Depok
 

1 komentar:

  1. kok yg dialami putri mirip q y. q pas usia 6 bln kmrn perutnya sakit sampe g bisa jalan. suami q smpe bingung sendir. dr bulan desember dah q tulis cerita kehamilan q. tp belum sempet posting di blog. salam buat putri y, bahagia bgt jd bumil krn pahala nya bumil banyak. :)

    BalasHapus