03 Januari 2021

5 Fakta Ahmad Tarnudzi (Part 1)

1. Lahir dan Besar di Lampung
 
Ahmad Tarnudzi dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1990. Ia dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara. Meski lahir dan besar di Lampung, namun ia bukanlah orang Lampung. Ayahnya berasal dari Palembang dan ibunya berasal dari Serang, Banten. Saat ini usianya sudah menginjak 30 tahun dan masih menetap di Lampung.
 
2. Terlahir sebagai 8 bersaudara
 
Ahmad Tarnudzi merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Jarak usia diantara delapan bersaudara ini hanya dua tahun saja. Maka tidak heran kedelapan saudara ini sangat dekat sekali. Apalagi saat masih kecil-kecil. Setiap hari mereka selalu bermain dan tidur bersama.
 



3. Yatim Sejak Usia 6 Tahun
 
Ahmad Tarnudzi menjadi anak yatim sejak usianya 6 tahun. Pada tahun 1996 ayahnya sakit sesak napas. Tak berselang lama, hanya seminggu sejak sakitnya mendera, ayahnya lalu dipanggil oleh Sang Maha Kuasa. Ayahnya meninggalkan 1 orang istri dan 8 anak yang masih kecil-kecil.
 
Ibunya, Titi berjuang seorang diri menghidupkan delapan anaknya yang masih kecil-kecil. Anak tertua saat itu masih kelas 1 SMA dan anak bungsu masih berusia 4 tahun. Usaha yang dilakukan ibunya sejak masih ada suami adalah dengan berjualan nasi di pasar. Sejak suaminya meninggal, ia tetap melanjutkan usaha berjualannya hingga saat ini sudah sekitar 30 tahunan.
 
 
Foto Ahmad kecil dan keluarganya di Banten

Foto mendiang ayahnya

4. 5 Tahun Tinggal di Panti Asuhan 
 
Januari 2005, tepatnya saat ia kelas 2 SMP., Ahmad pindah dari kediamannya di Kotabumi ke Bandarlampung. Kepergiannya ini adalah dalam rangka menuntut ilmu ke ibu kota yang diajak oleh tetangganya. Di ibu kota ia tinggal di sebuah panti asuhan yatim piatu dan dhuafa yang dikelola oleh Muhammadiyah. Panti Asuhan itu bernama Darul Falah. Ia tinggal di panti tersebut selama 5 tahun sampai menamatkan SMA nya.
 
Ahmad bersama rekan dan ibu pengasuhnya di panti asuhan

 
5. 4 Tahun Kuliah dan Mondok Bebas Biaya

Beruntungnya nasib Ahmad bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi selepas SMA yaitu Perguruan Tinggi. Lebih beruntungnya lagi selama kuliah 4 tahun itu ia tidak mengeluarkan biaya sama sekali alias gratis. Semua biayanya di tanggung oleh PDM Muhammadiyah kota Bandar Lampung. Bukan hanya kuliah, selama 4 tahun itu pula ia tinggal di sebuah pondok pesantren dan menyandang status sebagai santri sekaligus mahasiswa.
 
Mimpi Ahmad untuk kuliah akhirnya tercapai

Ahmad dan para santri lainnya saat di Pondok Pesantren

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar