09 Agustus 2019

Genap 3 tahun, Ziyad belum bisa bicara


Hari ini 9 Agustus 2019 adalah hari lahirnya anak pertamaku. 3 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 2016, bayi merah itu keluar dari perut istriku melalui operasi caesar di salah satu rumah sakit di Bandar Lampung. Sebabnya kata dokter panggul istriku sempit dan kepala bayi yang besar. Qadarullah, aku dan istriku saat itu menangis karena tak bisa melahirkan anak pertama kami dengan normal. Kami terima dengan penuh keikhlasan. Yang terpenting adalah istri dan anakku, kedua-duanya sehat. 



Lalu lahirlah bayi kecil nan mungil berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 3300 Gram dan panjang badan 48 cm pada pukul 08.25 pagi. Bayi lelaki itu pun kami beri nama: Abdullah Ziyad Ahmad.  Tangisannya mewarnai kehidupanku yang saat itu resmi menyandang status sebagai seorang bapak. Hari-hari kujalani dengan penuh bahagia. Rasanya lengkap sudah kehidupan ini. Punya istri dan punya anak. Dambaan hampir setiap laki-laki dewasa yang menginginkan hidup sempurna di masa depannya.


Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Dan Ziyad bagiku masih seorang bayi mungil, penghibur dan pelengkap hidupku. Layaknya seorang anak manusia yang pertumbuhannya berkembang, Ziyad pun demikian. Dari bayi mungil yang hanya bisa menangis, lalu bisa memiringkan tubuhnya, dan akhirnya bisa membalikkan badannya. Namun kepalanya masih berat untuk diangkat, hingga akhirnya kepalanya kuat untuk mendongak. Itu semua suatu keajaiban bagiku, juga istriku. Maa Syaa Allah. 


Kemudian sedikit demi sedikit bisa merayap. Seperti merayapnya hewan reptil. Lalu apa yang dipegang dan ditemuinya langsung dimasukkan ke dalam mulutnya. Saat itu ekstra siaga mengawasi Ziyad, khawatir apapun dimasukkannya ke dalam mulut seperti koin dan sejenisnya. Dari merayap, selanjutnya Ziyad bisa berangkang. Satu tahap diatas merayap. Berangkang itu maksudnya berjalan dengan mengandalkan kedua telapak tangan dan kedua lutut yang ditempelkan diatas lantai. Untuk gigi, saat usianya masih 6 bulan pun sudah mulai tumbuh.


Dari merayap, berangkang, lalu akhirnya Ziyad bisa belajar duduk.  Walau hanya sebentar-sebentar. Fase ini pun awalnya membuatku khawatir tulangnya masih belum kuat. Namun dari hari ke hari perkembangannya melesat, bukan hanya bisa duduk, tapi berdiri sambil berpegangan dinding atau kursi. Bahagianya kami tak terbendung. 


Di usianya yang sudah beranjak satu tahun, Ziyad belum juga bisa berjalan. Hanya bertumpu pada dinding atau kursi. Kalau berjalan, masih mengandalkan kedua telapak tangan dan lututnya. Namun cepat dan aktif sekali Ziyad berjalan dengan cara seperti ini. Sampai kami khawatir lututnya bisa sakit. Setahun lebih hingga mendekati dua tahun Ziyad belum juga bisa berjalan. Menambah resah aku dan istriku. 


Akhirnya melalui saran teman, aku dan istriku membawa ziyad ke dokter khusus anak. Kami konsultasikan semua perkembangan Ziyad. Dan akhirnya dokter mengatakan Ziyad kekurangan zat besi. Kakinya terlalu kecil untuk usianya yang hampir dua tahun ini. Sedih sekali. Aku dan istriku merasa bersalah selama ini. Kadang iri melihat anak teman kami seusia Ziyad sudah bisa berjalan dengan lancar. Sedangkan Ziyad? 


Dari sini aku dan istriku semangat berusaha dan berdoa supaya Ziyad bisa berjalan seperti anak-anak lain seusianya. Dan bersabat tentunya. Dari asupan berbagai bentuk susu penguat tulang, merangsang Ziyad berjalan menggunakan kursi, hingga membawanya ke tukang pijit guna memijit kakinya. Qadarullah di usianya yang genap 2 tahun, akhirnya Ziyad bisa berjalan. Alhamdulillah kebahagiaan kami semakin tak terbendung. Apalagi saat pertamakali Ziyad berjalan lancar, disaksikan oleh ratusan santriwati di Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan lepas sholat maghrib. Yang berbahagia saat itu bukan hanya aku dan istriku saja, tetapi ratusan santriwati kami juga.


Dan fase untuk bisa berjalan menggunakan kedua kakinya telah terlewati. Rasa kekhawatiran aku dan istriku sirna juga. Yang ada kini rasa bahagia bahwa anak kami tercinta sudah bisa berjalan normal seperti kebanyakan anak seusianya. Tak ayal, berbagai jenis sepatu kami belikan untuk Ziyad guna melangkahkan kaki mungilnya berjalan dengan sangat lucu.


Namun rasa kekhawatiran itu muncul kembali. Sampai hari ini, diusianya yang telah beranjak genap 3 tahun, Ziyad belum bisa ngomong alias berbicara. Bukan tidak bisa berbicara sama sekali, tapi bicaranya belum jelas dan lancar. Kalau sekilas kita dengar, bicaranya seperti orang Cina. Tahulah bagaimana orang Cina berbicara. Kalau membandingkan dengan anak lain seusianya, sangat beda jauh. Contohnya adalah anak temanku, sudah sangat lancar dan jelas berbicara. Bahkan sudah bisa diajarkan mengaji. Disinilah letak kesedihanku dan istriku. 


‘Ala kulli hal, aku dan istrku nikmati saja semua proses perkembangan anakku ini. Sambil berusaha dan berdoa. Apapun kata orang, selagi itu baik buat kami, maka kami dengarkan dan terapkan. Terima kasih buat keluarga, saudara-saudara, dan teman-teman yang sudah peduli dengan perkembangan Ziyad. Insya Allah akan ada waktunya tiap fase itu berjalan. Nikmati saja prosesnya, bukan hasilnya. 


Barakallah Fii ‘Umurik buat anak lelakiku, Ziyad. Semoga tumbuh menjadi anak yang kuat, tangguh, sholeh dan cerdas. Serta bisa membanggakan kedua orang tuamu ini. Kami percaya bahwa butuh proses dan perjuangan yang maksimal dalam tumbuh kembangmu. Apalagi sebentar lagi Ziyad mau punya adik, jadi harus bisa lebih mandiri ya...

Metro, 9 Agustus 2019

Salam Sayang,


Abi dan Umimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar