27 Desember 2019

Wedding Agreement (Review Film)

Hati siapa yang tak terpukul saat pasangan baru menikah mempermainkan pernikahan dengan membuat perjanjian aneh. Perjanjian aneh tersebut adalah sebuah kesepakatan sepihak dari sang suami kepada istrinya. Seperti tidak sekamar meskipun telah resmi menjadi suami istri, mengurus keperluan mereka masing-masing, sang istri tidak dituntut untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri dan tidak perlu izin terhadap suaminya. Bahkan suaminya menganggap mereka adalah dua orang asing yang tinggal dalam satu atap.

Tari, sang istri menangis saat sang suami baru saja membuat kesepakatan pernikahan (Pict from IFLIX)


Adalah Tari wanita tak beruntung itu. Ia pun lantas protes saat Bian, sang suami yang baru saja dikenalnya itu membuat perjanjian pernikahan tersebut. Baginya kesepakatan itu sama saja merendahkan diri dan keluarganya. Apalagi usia pernikahan mereka telah ditentukan oleh Bian yaitu hanya satu tahun. Namun, Bian akan mengancam menceraikannya saat itu juga kalau Tari menolak kesepakatan pernikahan mereka tersebut. akhirnya Tari pun tak bisa menolak karena tak ingin membuat Pakde dan Budenya yang selama ini membesarkannya kecewa dan sedih.

Perjanjian Pernikahan yang dibuat Bian kepada Tari
Lalu, kalau dipikir-pikir mengapa Tari mau menikah dengan Bian? Jawabannya adalah karena perjodohan. Kala itu mama Bian dan mama Tari bersahabat baik. Mama Bian merasa berhutang budi banyak kepada orang tuanya Tari dan berjanji akan menikahkan Bian pada Tari kelak saat mereka dewasa. Dan saat itu pun tiba. Bian dan Tari akhirnya menikah tanpa sebelumnya mengenal satu sama lain. 

Semua tampak bahagia kecuali Bian, suami Tari
Pernikahan ini bagi Bian bukan karena berdasarkan cinta, tapi karena perjodohan orang tua mereka. Dan Bian tidak mencintai Tari sama sekali. Parahnya, Bian mempunyai seorang kekasih bernama Sarah yang telah mereka jalin selama lima tahun. Awalnya Sarah merelakan Bian untuk Tari karena tidak ingin menjadi orang ketiga diantara mereka. Namun Bian sangat mencintai Sarah. Bian berjanji usia pernikahannya dengan Tari hanya berlangsung satu tahun dan setelah itu Bian akan kembali lagi bersama Sarah dan menceraikan Tari. Sarah pun setuju.

Sarah, kekasih Bian sebelum menikah dengan Tari
Setelah adanya kesepakatan sepihak pernikahannya dengan Bian, Tari menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri sebaik mungkin. Meskipun Bian tak menganggapnya ada, Tari menjalankan tugas layaknya seorang istri. Seperti: membuat makanan untuk sang suami, mencuci pakaiannya, menyapu dan mengepel rumah. Kerap ditolak bantuan-bantuan yang diberikan oleh istrinya, Tari tetap berusaha agar suaminya itu luluh dan bisa melupakan Sarah. Tak jarang Tari mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari suaminya itu. 

Beratnya ujian pernikahan yang dialami oleh Tari, membuatnya tak kuat. Menangis, pergi dari rumah suaminya, bahkan menginap ke rumah pakde dan budenya. Itu semua ia alami sendiri tanpa memberitahu kepada siapapun termasuk keluarga besarnya dari pihak Tari maupun Bian. Hanya kepada Ami, sahabat baiknya yang selalu ceria dan lucu, ia keluhkan semua masalahnya. "Ikuti saja kemauan Bian", "Ceraikan saja Bian", "Suami durhaka kepada istri" kalimat-kalimat itu yang sering dilontarkan Ami karena kesal pada Bian juga Tari yang menerima perlakuan dari suaminya itu.
Ami (Kanan), sahabat Tari yang ceria dan humoris
Pura-pura bahagia. Permainan ini pun berlanjut saat acara kumpul keluarga besar. Baik saat ulang tahun papahnya Bian, arisan keluarga, bahkan saat pakde dan budenya Tari menginap di rumah mereka. Mereka menampakkan dirinya seolah-olah pasangan pengantin baru yang bahagia, mesra dan harmonis. Itu semua dilakukan supaya keluarga besar mereka tidak curiga.

Bian memeluk istrinya setiap kumpul keluarga agar tidak curiga
Bian dan Tari menampakkan kebahagian pura-puranya saat kumpul keluarga

Kejadian lucu saat pakde dan budenya datang mendadak kerumah mereka. Berhubung kamar Bian dan Tari berbeda, dan hanya ada dua kamar di rumah itu, maka secara sembunyi-sembunyi barang-barang pribadi Tari dipindahkan oleh Bian ke kamarnya. Karena kamar Tari akan digunakan oleh pakde dan budenya untuk menginap semalam.
Saat Pakde dan Bude Tari berkunjung kerumah mereka
Lalu, mau tidak mau, Tari dan Bian tidur sekamar. Bian yang sudah tertidur lelap dikamarnya, disusul Tari datang mengendap-ngendap untuk tidur di samping Bian. Semalaman Tari tak bisa tidur karena merasa aneh selama ini ia hanya tidur sendirian di kamarnya di lantai bawah. Dan akhirnya Tari pun ikut tertidur.
Tari merasa gugup sekamar dengan suaminya
Waktu terus berlalu, Bian sibuk dengan pekerjaannya. Tari pun menyibukkan diri dengan usaha rotinya yang ia rintis sejak kecil dan mengisi seminar-seminar bisnis bersama sahabatnya, Ami. Namun dengan begitu, setiap hari mereka pasti bertemu. Baik saat pagi saat Bian hendak berangkat kerja maupun malam hari saat Bian pulang dari kerja.

Sekelumit kehidupan rumah tangga Bian dan Tari
Sesungguhnya mereka sama-sama saling membutuhkan. Apalagi saat Bian pulang dari kerja, terjatuh dekat tangga karena sakit. Dengan penuh rasa sayang dan cinta, Tari merawat Bian. Ia bopong menuju kamarnya, ia kompres, membuatkan bubur bahkan menyuapinya. Tari sungguh bahagia karena bisa melakukan sesuatu buat suaminya. Namun sedih kembali saat Bian mengingat dan bertemu dengan Sarah. Semakin Tari berusaha untuk membuat Bian suka padanya, semakin Bian tak bisa melupakan Sarah. Selalu ada Sarah di hati dan pikirannya.

Tari dengan penuh rasa sayang merawat Bian, suaminya itu ketika sedang sakit

Tari juga dengan telaten menyuapi bubur untuk suaminya
Aldi, sepupu Bian mengetahui keadaan rumah tangga Bian dan Tari. Saat kumpul keluarga, Bian berusaha menghindari Aldi karena tidak mau berurusan panjang dengan Aldi. Aldi sering mengikuti seminar-seminarnya Tari, Aldi juga sering menemui Tari secara langsung dan mempertanyakan hubungan rumah tangga Tari dan Bian. Yang ujung-ujungnya membuat Tari semakin sedih. Bian merasa cemburu karena Tari dan Aldi selalu bertemu.

Lama-kelamaan akhirnya Bian menyimpan rasa suka pada istrinya tersebut. Bian melarang Tari untuk selalu bertemu dengan Aldi. Pada kesempatan acara keluarga, Bian juga selalu menunjukkan kemesraan yang tidak seperti pura-pura. Memeluk dan menggandeng tangan Tari. Bahkan rasa sukanya Bian pada Tari ditunjukkan terang-terangan kepada Tari.
Pada setiap kesempatan, Bian selalu menggandeng tangan Tari

Saat Tari hendak pergi ke bioskop untuk nonton bersama Ami, Bian melarangnya. Bian malah ingin menonton berdua bersama Tari dirumah sambil makan soto betawi buatan Tari. Dan saat hendak tidur, Bian pun menggandeng tangan Tari mengajaknya untuk tidur sekamar serta melakukan hubungan layaknya suami istri. Pagi harinya Tari sangat bahagia. Bian pun mengajak Tari nonton lagi dan makan mie instan buatannya.
Saat Bian dan Tari nonton film bersama dirumahnya

Sedang asyik-asyiknya Tari dan Bian pacaran di rumah, HP Bian berdering. Tari menelepon. Mengabarkan bahwa ia berada di rumah sakit karena kecelakaan. Sarah menabrak orang yang untungnya orangnya tidak apa-apa. Bergegas Bian ke rumah sakit ditemani Tari. Sesampainya di rumah sakit, kebetulan Aldi pun berada disana. Sedangkan Bian sudah berada di kamar dimana Sarah dirawat. Saat Tari dan Aldi menyusul, betapa kagetnya Tari melihat Bian dan Sarah berpelukan. Seketika Tari menangis dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Tari menangis melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain, yaitu Sarah

Bian memeluk Tari saat sakit

Di rumah, Tari telah siap dengan kopernya ingin pergi beberapa waktu meninggalkan Bian. Saat hendak pergi, Bian datang. Tari mengungkapkan segala perasaannya pada Bian bahwa ia sangat mencintai dan menyayangi suaminya itu. Lalu Bian dimintai jawaban oleh Tari, untuk memilih Tari atau Sarah. Kalau Bian memilih Sarah, maka ia akan pergi meninggalkan Bian. Bian terdiam. Tari pun pergi meninggalkan Bian.

Seminggu berlalu, Bian merasa kehilangan Tari. Ia menyadari kalau ia sudah mulai jatuh cinta pada Tari istri sahnya itu. Meskipun Bian selalu merawat Sarah di rumah sakit, tapi kini hati dan pikirannya selalu menuju pada Tari. Dan Bian telah memutuskan bahwa ia akan meninggalkan Sarah dan kembali pada Tari. Sarah mengamuk dan menangis. Bian pun pergi meninggalkan Sarah tanpa berkata apa-apa lagi.
Akhirnya Bian mengambil keputusan tepat, yaitu meninggalkan Sarah

Sedangkan Tari, yang selama seminggu ini pulang kerumah pakde dan budenya selalu mendapatkan petuah dan nasehat rumah tangga. Budenya memberikan nasehat bahwa masalah rumah tangga jangan dihindari, tapi dihadapi. Pesannya bahwa seorang istri harus selalu berbakti kepada suami Tari sadar, ia salah. Maka ia berniat akan kembali kerumah Bian.
Tari saat berada dirumah Pakde dan Budenya dan mendapat nasehat berharga dari mereka
Saat Tari sampai ke rumah Bian, alangkah terkejutnya ia mendapatkan mobil Sarah terparkir di halaman rumahnya. Lebih terkejut lagi, Tari melihat Bian dan Sarah berpelukan di atas tangga. Akhirnya Tari pun pergi lagi dari rumah Bian. Sebenarnya Tari salah paham. Kedatangan Sarah ke rumah Bian adalah untuk mengabarkan bahwa ia akan menikah dengan Aldi. Sarah juga sudah rela melepaskan Bian dari kehidupannya. Namun, karena situasinya tidak pas, maka kesalahpahaman itu pun terjadi.
Tari melihat Bian dan Sarah berpelukan lagi

Bian berusaha mencari Tari. Ia meminta bantuan Aldi untuk bisa menemui sahabatnya yaitu Ami. Ami mengatakan bahwa Tari pergi ke pengadilan Agama untuk mengajukan cerai.  Bian bergeas menyusul Tari ke pengadilan agama. Kondisi jalanan begitu macet. Ia pun keluar dari mobilnya dan meninggalkan Aldi sendirian. Bian terus berjalan menyusuri jalan-jalan yang macet.
Bian berusaha mencari Tari melalui Ami

Bian keluar dari kemacetan jalan mencari Tari ke pengadilan Agama
Bian terus berlari dan berlari. Ia menuju stasiun kereta api. Di dalam kereta api, ia tak dapat kebagian tempat duduk dan terpaksa harus berdiri. Bian menangis, menyesali segala perbuatannya selama ini kepada Tari. Sambil terus memegangi cincin pernikahannya yang mulai ia pakai lagi saat pisah dengan Tari. Seketika ia pun teringat perkataan Tari saat mereka nonton film bareng di rumah, "Kalau misalnya suatu saat nanti kita berpisah, aku tinggal angkat tangan dan berdoa. Allah pasti akan mempersatukan kita kembali. Karena Allah malu menolak doa hambanya yang tulus dan mengangkat tangan seperti ini." 

Bian berdoa di atas kereta api
Dengan sigap, Bian pun mengangkat tangannya dan berdoa di keramaian kereta api. Ia mengikuti semua perkataan Tari yang masih melekat dihatinya itu. Dan akhirnya ia pun menangis lagi, menyesali segala perbuatan yang selama ini ia lakukan pada Tari.

Tari melihat Bian di atas kereta api yang sama-sama mereka tumpangi

Dan secara tiba-tiba, ia bertemu dengan Tari di kereta api yang ia tumpangi itu. Jaraknya tak jauh, hanya sekitar dua meter. Sesaat mereka saling beradu pandang. Keduanya pun menangis. "Aku gak tau mau pergi kemana mas, dan aku gak tau alamat pengadilan Agama dimana." Kata Tari. Seketika Bian berlari dan memeluk Tari dengan erat. Keduanya pun menagis sejadi-jadinya.

"Sekarang aku udah tahu, aku pilih kamu, jadi istri aku ya? Ujar Bian. "Bukannya kita udah jadi suami istri?" Tanya Tari. "Kali ini jadi istri beneran." Sambut Bian sambil memeluk erat Tari dan menangis haru lagi.

Bian merobek kertas perjanjian pernikahan yang ia buat

Tiba-tiba Tari mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya. Kertas itu adalah surat perjanjian pernikahan yang Bian buat saat awal-awal mereka menikah. "Mas, terus ini gimana?" Tanya Tari ke Bian. Tanpa menjawab Bian meraih kertas itu dan merobeknya. Kali ini mereka berdua tertawa sambil berpelukan lagi.
Bian memeluk erat istrinya, Tari di kerumunan penumpang kereta api

Kini, Bian dan Tari bahagia untuk selamanya dan tidak ada kepura-puraan lagi

-- Tamat --


Review film ini dariku:

Setiap rumah tangga yang dibangun tiap pasangan punya ceritanya masing-masing. Kita berhak menceritakannya atau tidak kepada orang lain, apalagi ke keluarga kita. Setelah ijab qabul, suami dan istri mempunyai kewajiban dan haknya masing-masing. Istri berbakti kepada suami, karena letak surga istri berada pada suaminya. Sebaliknya, suami memperlakukan istri dengan cara yang baik dan menafkahinya dengan cara yang baik pula.

Bian, karakter dalam film ini mempunyai rasa ego yang tinggi. Ia bersedia menikah karena perjodohan, tapi ia masih menjalin dengan kekasihnya terdahulu. Bian juga merasa mendominasi dalam kehidupan rumah tangganya dengan Tari.

Sedang Tari, wanita yang sholehah dan mengerti Agama ingin protes dengan keadaan ini. Namun ia bersabar. Ia yakin suaminya itu akan berubah dan menerima kehadirannya. Meski ia harus sering sakit hati melihat suaminya berhubungan dengan wanita lain.

Kata siapa butuh pacaran dan proses pendekatan yang lama untuk menikahi seseorang? No. no. no. Menikah dengan proses ta'aruf atau perjodohan dalam film ini buktinya. Meski belum mengenal satu sama lain, rasa cinta itu akan timbul dengan sendirinya. Maka dalam menjalani pernikahan itulah proses pengenalan dan pacaran. Pacaran halal. Ini yang di ridhoi dan berkah.

Film ini cocok sekali buat pasangan baru ataupun lama. Agar sesama pasangan saling menghargai dan memahami tiap perbedaan yang ada. Karena sejatinya, suami dan istri itu saling melengkapi. Istri menjadi pakaian suaminya, sebaliknya suami juga menjadi pakaian bagi istrinya. Film ini juga cocok nih bagi para jomblowan dan jomblowati untuk riset dan menyerap ilmunya rumah tangga tentunya.

Last but not least, film ini bagus buat siapa saja. Dan cocok jadi referensi dalam berumah tangga. Selain serius dan drama, ada aksi dari Ami (Ria ricis) yang kocak habis. Hehehe...

13 komentar:

  1. Masyallah... jadi ingin nonton filmnya. Terbawa dengan perasaan Tari, hiks :(
    Happy ending-nya bikin lega. Makasih review-nya, Kak ^__^

    BalasHapus
  2. Wah cerita filmnya lengkap banget nih sampai ending, hihi...menarik ceritanya walau tidak unik, seru juga..

    BalasHapus
  3. Ada ya orang nikah kayak Bian dan Tari ya? Aneh bin ajaib. Filmnya sarat pesan, penting bagi setiap keluarga baik yang yunior maupun dah senior. Ada link filmnya ga?

    BalasHapus
  4. Saya pernah nonton film ini, walaupun tidak penuh. Dan yang lebih mencengangkan, ternyata penulis novelnya adalah senior saya di satu fakultas di kampus. Sebuah cerita yang sangat menyentuh.

    BalasHapus
  5. Pas banget seliweran di aplikasi film itu. Baru mau nonton...

    BalasHapus
  6. ini serius postingnya tahun lalu? atau keliru setting tanggal? mana namaku masuk lagi, gak dicintai pula. huhuuu

    BalasHapus
  7. film ini salahsatu yang ada di folder Tb saya, entah sudah berapa kali saya tonton nih film, hahahaha

    BalasHapus
  8. kebetulan belum menonton film ini, jadi tau sekarang kisah nya kek gimana, lumayan drama ya :D

    BalasHapus
  9. Pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran memang tidak mudah. Tapi insyaAllah lebih berkah karena prosesnya yg diridhoi Allah.

    BalasHapus
  10. Sebagai penulis, fokusku langsung ke alur dan penokohannya hahaha. Alurnya sebenarnya sangat umum dan gampang ditebak, tapi sepertinya nilai plusnya adalah eksekusinya ya kak?

    Pokoknya tetep apresiasi film Indonesia deh

    BalasHapus
  11. Darikapan pengen nonton film ini, makasi review lengkapnya Mas hehe, ntar wiken nonton ama suamik

    BalasHapus
  12. aku juga sudah nonton film ini. yang bikin agak aneh itu tari ceritanya pengusaha roti tapi nggak pernah diperlihatkan jualannya malah lebih banyak dia ngisi seminar. heu

    BalasHapus
  13. Sedih banget pas nonton ini, ikutan sedih. Kasihan kalau ya kalau mikah emang kepura-puraan. Untung istrinya sabar dan mau terus mencoba.

    BalasHapus